REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 300 peserta dari 16 negara menghadiri International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2019 yang digelar di Hotel Mercure, Surabaya, Jumat-Sabtu (4/10-5/10). ICAI merupakan forum internasional akukultur tahunan membahas pembangunan dan pengembangan sektor perikanan budidaya.
Para pembicara dan peserta ICAI 2019 berasal dari kalangan peneliti, dosen, pengusaha, pemerintah, mahasiswa, dan LSM.
Pembicara utama (keynote speaker) adalah Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MSc. Pembicara lain adalah Dr Coco Kokahrin (KKP), Dr Charles Saliba (Malta), Dr Jean Yves Mevel (Perancis), Dr Nyan Taw (Vietnam), Dr Rohana Subasinghe (FAO), Dr Wei Che Wen (Myanmar), dan Dr Romi Novriadi (KKP).
Pakar kelautan dan perikanan Prof Rokhmin Dahuri memberikan keynote speech berjudul “A Productive, Clean, Green, Blue and Inclusive Industriization Toward Sustainable Aquaculture Development”, pada hari pertama, Jumat (4/10).
Ia menegaskan pentingnya keseriusan pemerintah untuk memaksimalkan potensi kelautan dan perikanan, khususnya dari sektor perikanan budidaya atau akukultur yang memiliki potensi produksi paling besar di dunia.
“Indonesia memiliki potensi produksi perikanan budidaya atau akuakultur terbesar di dunia dengan potensi sekitar 100 juta ton per tahun di atas China. Namun dari sisi produksi kita saat ini berada di posisi kedua,” ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan di era Kabinet Gotong Royong dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (4/10).
Data tahun 2016 menunjukkan, produksi perikanan budidaya China mencapai 63,631 juta ton, atau menguasai 57,80 persen dari total produksi perikanan budidaya dunia. Sedangkan Indonesia, produksinya pada tahun yang sama baru mencapai 16,581 juta ton atau menguasai pangsa pasar 15,06 persen.
Guru besar kelautan dan perikanan IPB itu mengemukakan, ICAI 2019 menjadi penting dan strategis bagi Indonesia. Salah satunya terkait pembangunan dan pengembangan akuakultur bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui forum bisnis.
“Di ICAI 2019 juga ada forum bisnis sektor budidaya seperti kerapu dari budidaya ikan tangkap, udang khususnya vaname, lele, ikan patin dan nila yang nanti akan dibahas dari hulu dan hilir,” papar Rokhmin.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Prof Rokhmin Dahuri menjadi keynote speaker pembukaan International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2019.
Forum ICAI 2019 akan memberikan rekomendasi bagi pemerintah dalam upaya membangun sektor akukultur agar berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. “Jika rekomendasi atau jurus-jurus pengembangan akuakultur itu dapat diterapkan oleh pemerintah, kita optimistis sektor tersebut mampu menyumbangkan minimal dua persen pertumbuhan ekonomi,” ujar ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan itu.
Ia menambahkan, “Jadi kalau saat ini pemerintah sulit keluar dari pertumbuhan ekonomi yang hanya mentok di lima persen, maka dengan optimalisasi pembangunan sektor akuakultur, angka pertumbuhan tujuh persen insya Allah akan mudah tercapai.”
Rokhmin menyebutkan, salah satu isu penting yang juga menjadi pembahasan dalam ICAI 2019 adalah sustainability atau kelestarian lingkungan dalam pembangunan dan pengembangan sektor akuakultur. Pertemuan tahunan itu menggarisbawahi, implementasi pengembangan sektor akuakultur tidak boleh melampaui daya dukung lingkungan.
“Pembangunan akuakultur (laut atau offshore, payau/tambak, air tawar seperti waduk maupun kolam) prinsipnya tidak boleh melampaui daya dukung lingkungan. Setiap kawasan kita sudah punya perhitungan daya dukungnya,” tegasnya.