Jumat 04 Oct 2019 20:55 WIB

BUMN Didorong Perkuat Budaya Ramah

Budaya ramah berarti kemampuan memberikan pelayanan dan ikatan yang optimal.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Staf Khusus II Menteri BUMN, Bambang Eka Cahyana bersama anggota Watimpres, Sidarto Danusubroto dan tim penguji Program Doktor Ilmu Administrasi, usai sidang promosi doktor di Universitas Brawijaya Malang, Kamis (3/10).
Foto: dok. Pribadi
Staf Khusus II Menteri BUMN, Bambang Eka Cahyana bersama anggota Watimpres, Sidarto Danusubroto dan tim penguji Program Doktor Ilmu Administrasi, usai sidang promosi doktor di Universitas Brawijaya Malang, Kamis (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai perlu memperkuat budaya ramah (Hospitable culture) dalam menjalankan roda bisnisnya. Terlebih bagi BUMN yang bergerak di sektor pelayanan publik.

Staf Khusus II Menteri BUMN, Bambang Eka Cahyana, mengatakan budaya ramah berarti kemampuan memberikan pelayanan dan ikatan yang optimal kepada setiap pemangku kepentingan. "Ini perlu dianggap sebagai orientasi hospitaliti yang strategis," kata Bambang melalui pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Jumat (4/10).

Baca Juga

Dalam disertasinya, Bambang mengungkapkan, saat ini banyak BUMN yang hospitalitinya masih bisa lebih ditingkatkan. Merujuk pada sampel disertasinya pada BUMN bidang kepelabuhan, Bambang Eka menyatakan diperlukannya transformasi organisasi bagi sebuah perusahaan untuk mencapai budaya ramah yang optimal. "Sebab, tanpa hospitable culture, BUMN akan mengalami kesulitan jangka panjang dalam menjalankan bisnis dan sulit dalam mempertahankan reputasi korporasi," kata Bambang.

Menurut Bambang, pada dasarnya transformasi terdapat dua faktor penting bagi  BUMN. Pertama, aspek kepemimpinan strategis yang harus mengadopsi prinsip ambidextrous leadership. Aspek ini harus mampu menyeimbangkan orientasi jangka pendek maupun panjang.

"Kedua, tata kelola organisasi yang membuka ruang bagi partisipasi publik dalam penetapan kebijakan strategis," tegasnya.

Selain itu, Bambang juga mengungkapkan, BUMN harus mampu benar-benar menunjukkan perannya yang sudah mencerminkan prinsip transparansi dan akuntabel. Hal ini termasuk membuka partisipasi publik dalam tata kelola perusahaan, harus dibuka ruang kepada publik. Dengan demikian dapat cepat mendorong transformasi organisasi  di aspek kepemimpinan strategis, tata kelola korporasi, perbaikan budaya korporasi, infrastuktur bisnis dan keselarasan korporasi.

Dengan adanya disertasi berjudul "Transformasi Organisasi Sebagai Determinan Corporate Hospitality dan Pengaruhnya terhadap Corporate Sustainability Melalui Reputasi Korporasi", Bambang berharap, penelitiannya ini dapat menjadi sumber informasi. Hal ini terutama untuk merancang strategi dan kebijakan perusahaan dalam rangka mendorong pertumbuhan bisnis dan terwujudnya corporate sustainability di BUMN.

"Sekaligus menjadi solusi konkret dalam memastikan bahwa praktik bisnis perusahaan tidak memicu dampak negatif lingkungan, sosial dan ekonomi," tutup Bambang Eka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement