Senin 28 Oct 2024 20:20 WIB

Peneliti INDEF Sebut Kinerja Pertamina akan Semakin Positif di Era Prabowo-Gibran

Kinerja Pertamina disebut masih on the track

Rep: Rizky Suryarandika / Red: Nashih Nashrullah
Salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Salah satu SPBU Pertamina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad meyakini kinerja Pertamina dapat terus meningkat di era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ini termasuk upaya Pertamina mewujudkan kemandirian energi.  

Tauhid mengamati kinerja Pertamina sudah on the track sepanjang Pemerintahan Jokowi. Sehingga kinerja itu akan makin positif di era Prabowo.  

Baca Juga

"Betul, on the right track, dari segi corporate dan tanggungjawab tak perlu diragukan. Dari hulu ke hilir, Pertamina nggak masalah. Untuk itu, saya yakin (Pertamina) mampu meningkatkan kinerja dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Tentu saja, harus ada dorongan berupa regulasi dan insentif dari Pemerintahan baru," kata Tauhid kepada wartawan pada Ahad (27/10/2024). 

Tauhid menyebut upaya Pertamina dalam menjalankan tugas sebagai BUMN energi memang baik. Di antaranya berkontribusi 69 persen dari produksi minyak dan 34 persen dari produksi gas nasional.

Begitu pula dari sisi kinerja keuangan, ketika pada 2023 mampu meraup laba 17 persen lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. 

Kedepannya, Tauhid optimistis performa BUMN termasuk Pertamina semakin meningkat melalui dukungan yang semakin kuat dari Pemerintahan Prabowo.“Karena Pertamina kan dalam kapasitas menjalankan tugas,” ujar Tauhid. 

Tauhid menjelaskan dukungan tersebut bisa berupa regulasi maupun berbagai insentif, termasuk tarif. Misalnya mengurangi dividen sehingga dana yang ada bisa dialokasikan untuk sektor hulu.

Melalui realokasi tersebut, diharapkan Pertamina bisa semakin meningkatkan kegiatan seperti eksplorasi dan eksploitasi. 

Dengan demikian, Tauhid menilai ketergantungan terhadap impor akan semakin berkurang. Ini termasuk mempersiapkan program substitusi untuk mengurangi impor BBM non diesel, seperti Pertalite dan Pertamax.

Jika hal itu terwujud, Tauhid yakin impor akan terus menurun dan mendukung berbagai upaya yang sudah terlebih dahulu dilakukan Pertamina. 

”Apalagi untuk menekan impor, Pertamina sebelumnya sudah melakukan melalui program Biodiesel B50,” ujar Tauhid.

Selain mengurangi ketergantungan impor, program transisi energi seperti Biodiesel, juga berperan dalam mengurangi emisi, termasuk memenuhi target Net Zero Emission (NZE) paling lambat 2060.

Untuk itu, Tauhid berharap Pemerintah terus mendorong Pertamina dan BUMN lain untuk semakin mengembangkan energi bersih. "Apalagi saat ini penggunaan energi bersih baru mencapai 12-13 persen," ujar Tauhid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement