Jumat 04 Oct 2019 17:02 WIB

Mendag Prediksi Pangan Akhir Tahun Sedikit Rawan

Meski cenderung rawan, tren kenaikan harga tidak akan terlalu tajam.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Friska Yolanda
Petani berjalan dipematang sawah tanaman padi yang dilanda kekeringan akibat kemarau di areal persawahan Kelurahan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Rabu (11/9/2019).
Foto: Antara/Jojon
Petani berjalan dipematang sawah tanaman padi yang dilanda kekeringan akibat kemarau di areal persawahan Kelurahan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Rabu (11/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BATU -- Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Enggartiasto Lukita memprediksi ketersediaan pangan di akhir tahun akan mengalami sedikit kerawanan. Hal ini diungkapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

"Memang ada kerawanan berdasarkan pengalaman, yaitu di akhir tahun dan memasuki Ramadhan. Itu biasanya lebih rawan. Dan di Desember akhir tahun ini agak rawan," kata Enggartiasto dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di Kota Batu, Jumat (4/10).

Baca Juga

Meski rawan, Enggartiasto menilai, tren kenaikan harga kebutuhan pokok tidak akan terlalu tajam. Namun, ia mengingatkan biasanya momen ini sering dimanfaatkan oleh beberapa kelompok lain. Mereka biasanya akan menahan pasokan untuk mendapat kesempatan keuntungan lebih tinggi. 

Melihat situasi ini, Enggartiasto mendorong dinas-dinas di daerah agar memperhatikan ketersediaan pasokan barang pokok. Bahkan, ia meminta, pantauan ini sudah dilakukan tiga bulan sebelum akhir tahun. "Jangan dilakukan di pertengahan Desember, itu sudah terlambat," tegasnya.

Enggartiasto juga meminta daerah untuk terbuka mengenai ketersediaan bahan pokoknya. Daerah harus benar-benar menginformasikan kondisi surplus atau tidaknya pasokan yang dimiliki. Dengan demikian, antar dinas di daerah dapat berkoordinasi lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Di sisi lain, Enggartiasto juga mengingatkan faktor lain yang dapat mempengaruhi pasokan barang. Faktor yang dimaksud, yakni iklim kering yang lebih lama dan ekstrem. Situasi ini, kata dia, menyebabkan musim tanam para petani ikut mundur. 

"BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) sudah berulang kali memperingatkan bahwa tahun ini akan jadi el nino terpanjang, ekstrem. Diperkirakan sama dengan 2015. Jadi jangan berpolemik, presiden sudah meminta untuk memegang data tunggal, melalui BPS (Badan Pusat Statistik). Jadi dari BMKG dan BPS lihat di sini, harus disikapi dilihat bagaimana ketersediaan pangan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement