Rabu 02 Oct 2019 17:29 WIB

Bio Farma Transfer Teknologi Vaksin Difteri ke Saudi

Bio Farma menyiapkan bahan aktif untuk dikirim ke Arab Saudi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Peserta Workshop on Cold Chain Vaccine Management perwakilan dari negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyimak penjelasan petugas saat berkunjung ke PT Bio Farma (Persero), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Rabu (2/10).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Peserta Workshop on Cold Chain Vaccine Management perwakilan dari negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyimak penjelasan petugas saat berkunjung ke PT Bio Farma (Persero), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Rabu (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) belajar teknologi vaksin dan Cold Chain Management System (rantai dingin) dari PT Bio Farma (Persero). Negara OKI yang saat ini sedang menerima transfer pengetahuan teknologi vaksin dari Bio Farma, salah satunya adalah Arab Saudi.

Menurut Vice Chairman of OIC Vaccine Manufacturers Group, Rahman Rustan, Arab Saudi melakukan transfer pengetahuan untuk vaksin difeteri dan tetanus. Untuk kepentingan transfer teknologi tersebut, Bio Farma menyiapkan bahan aktif untuk dikirim ke Arab Saudi.

Baca Juga

"Bahan aktif ini kemudian akan diproduksi untuk menjadi vaksin di Arab Saudi dan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan di negara-negara Teluk," ujar Rahman, saat kunjungan delegasi negara anggota OKI ke Bio Farma, Rabu (2/10).

Rahman menjelaskan, untuk proses transfer teknologi vaksin tersebut, ahli vaksin dari Bio Farma dikirim ke pabrik vaksin di Arab Saudi. Mereka dikirim untuk melakukan supervisi produksi bahan aktif menjadi produk jadi vaksin.

Selain transfer teknologi, kata dia, selama ini Bio Farma juga mengirim produk vaksin jadi ke Arab Saudi. Vaksin yang dikirim di antaranya untuk kebutuhan imunisasi dasar, seperti Polio, Campak, Difteri, Tetanus, Pertusis, Haemophilus Influenza Tipe B (HIB), dan Hepatitis B.

Selain Arab Saudi, kata dia, saat ini Senegal juga sedang melakukan penjajakan transfer pengetahuan teknologi vaksin dari Bio Farma. Senegal memang menjadi negara kedua setelah Indonesia yang produk vaksinnya diakui World Health Organization (WHO), tapi hanya satu jenis dan khusus untuk memenuhi kebutuhan di Afrika Tengah dan Afrika Barat.

"Transfer teknologi menjadi kerja sama jangka menengah yang dilakukan Bio Farma dengan negara-negara OKI untuk mencapai kemandirian produksi vaksin," katanya.

Saat ini, kata dia, dari 50 negara OKI yang kebutuhan vaksinnya dipasok Bio Farma, hanya 7 yang memiliki pabrik vaksin. Dengan semikian, kerja sama transfer teknologi vaksin hanua bisa dilakukan dengan 7 megara tersebut dan negala lainnya dipasok produk jadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement