Rabu 02 Oct 2019 12:21 WIB

Peneliti Vaksin di Indonesia dan Negara OKI Jalin Kerja ama

PT Bio Farma ditunjuk oleh organisasi kesehatan dunia sebagai center of exellence.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Bio Farma
Foto: Antara
Bio Farma

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui PT Bio Farma akan menjalin kerja sama dengan peneliti-peneliti vaksin di negara-negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk membahas tentang medicine, vaksin dan medical technology. Diketahui, sejak 2017 lalu, PT Bio Farma telah ditunjuk oleh organisasi kesehatan dunia sebagai center of exellence. 

Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi, Kemenkes, Agusdini Banun Saptaningsih mengatakan kementerian memiliki program jangka pendek, menengah dan panjang. Menurutnya, workshop bertema Cold Chain Management System (rantai dingin) ini merupakan program jangka pendek. 

"Tujuannya untuk berbagi tentang manajemen vaksin, memperluas jaringan negara OKI dan meningkatkan pengetahuan manajemen vaksin," ujarnya saat meninjau ruangan vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Rabu (2/10).

Menurutnya banyak negara OKI belum memiliki rantai dingin yang bagus. Apalagi katanya negara Afrika masih tertinggal sehingga pihaknya melakukan upaya berbagi pengalaman. Serta bekerja sama dengan peneliti vaksin di negara-negara OKI.

"Saat ini PT Bio Farma menjadi industri vaksin terbesar di dunia dengan 11 produk yang sudah diekspor ke 140 negara," katanya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Pradiba Pradjna mengatakan pengelolaan vaksin di Kabupaten Bandung meliputi untuk 31 kecamatan, 280 desa/kelurahan. Dengan jumlah sasaran imunisasi yaitu bayi 70.120 jiwa, Bias, 217.652. Ibu hamil, 75.994 orang serta di bawah 2 tahun 53.119 orang.

"Beberapa aturan yang dilaksanakan sesuai standar yang ditetapkan termasuk jarak lemari dan ventilasi. Semua dilakukan untuk menjaga kualitas," ungkapnya.

Menurutnya, distribusi vaksin berbagai jenia dilakukan oleh menteri kesehatan ke provinsi. Kemudian dilanjutkan ke Kabupaten Bandung. Ia mengatakan, pertimbangan dalam pemberian vaksin yaitu keberadaan stok minimum dan maksimum.

Kemudian kapasitas dari penyimpanan dan sisa stok yang ada. Selain itu, saat menerima vaksin, petugas mengecek kelengkapan administrasi, kualitas vaksin, jumlah dan jenisnya.

"Dari Kabupaten dikirimkan ke puskesmas jarak antara kabupaten sampai puskesmas sampai ada 2 jam. Sehingga menggunakan mobil vaksin. Dari puskesmas didistribusikan seperti ke polindes, pustu, klinik," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement