Ahad 29 Sep 2019 17:19 WIB

Kekeringan, Bulog Jabar Pastikan Stok Beras Melimpah

Stok beras di gudang Bulog melimpah dan akan mencukupi kebutuhan hingga panen raya.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Stok beras Bulog, ilustrasi
Foto: Antara
Stok beras Bulog, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Barat (Jabar) pastikan, kekeringan dan kemarau panjang yang terjadi di sejumlah daerah tidak akan berpengaruh pada naiknya harga jual beras di pasaran. Karena, menurut Kepala Bulog Divre Jabar, Benhur Ngkaimi, stok beras di gudang Bulog melimpah dan akan mencukupi kebutuhan hingga panen raya tiba.

Menurut Benhur, Bulog pun akan menjaga stabilitas harga beras di pasaran. Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tidak panik dan cukup berbelanja beras sesuai kebutuhan.

Baca Juga

"Stok beras Bulog luar biasa banyak. Kami akan memasok berapapun kebutuhan pasar," ujar Benhur kepada wartawan akhir pekan ini.

Menurut Benhur, jalaupun di lapangan terjadi indikasi potensi kenaikan harga, Bulog akan menggelontorkan stok yang tersimpan di gudang agar harga kembali normal. Saat ini pun Bulog terus melakukan operasi pasar melalui distributor dan jaringan outlet Bulog di seluruh wilayah.

"Saat ini jumlah outlet Bulog, baik Toko Pangan di pasar dan Rumah Pangan Bulog  di semua wilayah berjumlah 15.400 unit," katanya.

Begitu pun, kata Benhur, jika dalam perjalanan menuju panen raya terjadi kenaikan harga beras, Bulog akan 'menyerang' titik-titik yang mengalami kenaikan harga. Ia menjamin, jika swasta dan pedagang mengetahui bahwa stok beras Bulog melimpah, mereka tidak akan berani berspekulasi menaikkan harga jual beras.

Saat ini, kata dia, stok beras di gudang Bulog Jabar mencapai 360 ribu ton. Kebutuhan Jabar untuk ketahanan pangan sampai akhir tahun, selama tiga bulan, diprediksi Benhur mencapai 125 ribu ton.

"Masih ada sekitar 230 ribuan lagi. Kalau Januari sampai Februari belum ada panen, stok yang ada masih sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan beras di Jabar," paparnya.

Saat ini, kata dia, panen gadu di Jabar sudah selesai dan hampir semua daerah diindikasikan mengalami gagal panen. Di wilayah Ciamis juga Pantai Utara Jawa (Pantura), seperti Cirenon, Indramayu, dan Subang, umumnya hanya bisa panen jerami karena lahan terlalu kering.

"Hampir semua gagal panen. Ini yang membuat kekhawatiran terkait pasokan dan harga. Akan tetapi, kami kembali menegaskan, kalaupun terjadi gagal panen, stok melimpah," katanya.

Menurut Benhur, sebetulnya kenaikan harga merupakan masalah psikologis. Itulah mengapa biasanya periode tertentu, menjelang panen, banyak dimanfaatkan spekulan untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dengan menaikkan harga jual.

Benhur pun, tidak menampik saat ini sudah mulai terjadi gejala kenaikan harga dengan menjual isu gagal panen yang teejadi di sejumlah daerah lumbung padi. Namun, kenaikan harganya tidak signifikan.

"Sudah ada yang naik sekitar Rp 200-Rp 300 per kilogram, tapi belum signifikan. Kalau kita gelontorkan stok, harga beras akan kembali stabil," katanya.

Apalagi, kata dia, baik pada masa panen raya maupun kekeringan panjang, harga beras kualitas medium yang dijual Bulog tetap Rp 8.100 per kilogram (kg). Begitu juga harga beras premium, tidak akan melebihi harga eceran tertinggi (HET).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement