REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Indonesia periode 1993-1998, Syarifudin Baharsyah mengapresiasi penyesuaian program teknologi revolusi industri 4.0 yang diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) selama lima tahun terakhir. Kata dia, program itu diantaranya pemanfaatan modernisasi mekanisasi teknologi.
"Bagi saya, apa yang dilakukan Pak Mentan (Amran Sulaiman) sangat tepat karena menganggap 4.0 sebagai sesuatu yang penting sekali. Artinya kita harus mulai bertindak dari sekarang," ujar Syarifudin saat ditemui di rumahnya, Kamis (25/9).
Menurut Syarifudin, keseriusan Amran dalam menerapkan teknologi pada sektor pertanian terlihat jelas dari semua program-program yang sudah berjalan dengan baik. Di samping itu, Amran juga dinilai sebagai sosok yang konsisten karena sering menemui petani dan berbicara langsung terkait apa yang menjadi keresahan mereka.
"Bagi saya, kita semua memang harus ikut bagian pada pergerakan industri 4.0 ini. Tapi yang paling penting, salah satu yang harus keikutsertaan ini adalah petani itu sendiri. Terus terang, saya bahagia sekali karena petani sekarang ikut dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif," katanya.
Berikutnya, kata Syarifudin, Kementerian Pertanian juga sudah tepat menyiapkan SDM dari kalangan anak muda. Menurutnya, kesiapan itu terlihat dari realisasi satu juta petani milenial yang digagas Mentan Amran sejak empat setengah tahun lalu.
"Petani milenial itu penting sekali untuk proses tahap sekarang ini. Sebab ke depan kita tidak bisa mengandalkan petani tua. Tetapi keliatan sekali bahwa petani milenial itu mendapat tempatnya yang membuat dia bahagia dan senang sekali. Saya kira cakep sekali ini," katanya.
Syarifudin mengatakan, prioritas program yang menyasar secara tepat dan terukur, terbukti menghasilkan capaian dan kinerja yang luar biasa. Antara lain meningkatnya produksi dan nilai ekspor.
"Saya dengar posisi kita di dunia ini rengking 6. Tentu di dalamnya ada sawit, bawang, cabai dan lain-lain. Bahkan saya mendengar bahwa anak-anak muda sekarang sudah mulai dengan kopi dan teh. saya lihat dalam mengekspor, minyak sirih pun disentuh oleh Pak Menteri. Itu luar biasa sekali," katanya.
"Sekali lagi, apa yang dikemukakan pak Menteri dalam pidatonya banyak pesan yang harus kita perbaiki. Banyak hal hal pula yang harus diapresiasi. Barangkali kalau Pajale diperluas dengan tanaman hortikultura, hasilnya akan sangat baik dan bagus sekali," katanya.
Sebelumnya, Syarifudin Baharsyah beserta isterinya, Justika Baharsjah menghadiri Kongres dan Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) di Bogor, Jawa Barat. Keduanya tampak hadir bersamaan dengan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman.
Dalam kesempatannya, Amran menyampaikan capaian pertanian selama ini merupakan hasil komitmen dan sinergi seluruh pihak, termasuk para Mentan terdahulu. Capaian tersebut bahkan berhasil membawa Indonesia menjadi negara terbesar nomor lima dalam pertumbuhan nilai ekspor dan Produk Domestik Bruto (PDB).
Mengenai hal ini, Justika yang juga merupakan pendiri Peragi, mengatakan bahwa sejak dulu Peragi memiliki komitmen untuk memajukan sektor pertanian. Komitmen itu ditunjukan dengan membangun gerakan hemat air serta mendorong pembangunan penampung air.
"Saya kagum dan bangga sama Peragi yang memiliki semangat besar dalam mempraktekan hemat air dengan membuat embung dan sumur resapan. Sampai sekarang, saya lihat Peragi terus memantau keadaan di daerah. Mereka memantau kondisi petani kita," tukasnya.