REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Helikopter saat ini menduduki peranan yang cukup penting dalam berbagai aktivitas masyarakat, tidak terkecuali di Asia Tenggara. Ada sekitar 1.137 helikopter yang beroperasi di kawasan ini untuk berbagai profil atau keperluan. Mulai dari sarana transportasi dalam perkotaan, penghubung dalam industri lepas pantai, SAR dan emergency, maupun privat dan korporasi.
Industri helikopter diyakini akan tumbuh seiring dengan membaiknya pertumbuhan industri dan ekonomi di kawasan.Ditambah lagi dengan semakin positifnya harga komoditas yang memiliki peran besar dalam industri penerbangan seperti industri minyak dan gas.
Civil Helicopter South-East Asia Summit (CHSEAS) adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) helikopter sipil tahunan untuk tingkat regional adalah sebuah ajang bergengsi untuk para pelaku industri helikopter sipil di Asia Tenggara.
Tahun ini diselenggarakan di Bangkok pafs 25 hingga 26 September 2019 yang dihadiri sekitar 200 peserta yang mewakili sekitar 100 organisasi dari 20 negara. Tujuan dari KTT tersebut adalah menghadirkan para professional pemerintah dan industri helikopter sipil untuk bersama-sama membicarakan perkembangan pasar helikopter di kawasan.
Hadir dari Indonesia beberapa professional yang telah memiliki pengalaman luas dalam industri helikopter sipil selama ini. Salah satunya Denon Prawiraatmadja, CEO Whitesky Aviation yang menjadi pembicara dalam konferensi tersebut.
Denon menuturkan, potensi dan pertumbuhan pasar di Indonesia yang besar, tetapi banyak tantangan. Whitesky Aviation melalui merek Helicity mengintegrasikan plaform digital dengan layanan helikopter untuk retail.
Dengan begitu konsumen akan bisa menggunakan layanan transportasi helikopter dengan mudah, mulai dari cek ketersediaan jadwal, helipad terdekat serta beragam fitur lainnya. Masih dalam kesempatan itu, Denon menyinggung mengenai keinginan beberapa operator helikopter untuk berkolaborasi dengan Helicity di masa mendatang.
“Adaptasi bisnis ini penting bagi kami, apalagi jika kami ingin melakukan ekspansi ke pasar regional Asia Tenggara,” tutur Denon di Bangkok dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (26/9).
Sementara itu Sumruam Smaiklang dari otoritas penerbangan sipil Thailand (The Civil Aviation Authority of Thailand) menyampaikan, tantangan untuk industri penerbangan sipil khususnya helikopter di Thailand adalah penerbangan untuk malam hari dan masalah lahan untuk helipad.
"Pemerintah Thailand komitmen untuk mendukung perkembangan industri helikopter sipil ini,kita mencoba memastikan bagaimana regulasi ini akan mendukung kearah sana" ujar Sumruam.
Sumruam juga melihat bagaimana Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan besar dalam industri penerbangan helikopter sipil. Melihat banyaknya operator atau perusahaan yang konsentrasi dalam bisnis tersebut. Tantangannya tentu banyak, misalnya masalah geografis sebagai negara kepulauan.