Ahad 22 Sep 2019 15:00 WIB

Indef: Bisnis Kreatif Berbasis Digital Jadi Primadona

Industri kreatif berbasis digital mengalami pertumbuhan signifikan

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Menonton bioskop (ilustrasi).
Foto: nalakagunawardene.com
Menonton bioskop (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development Economics and Finance (Indef) menilai industri kreatif terus mengalami perkembangan cukup signifikan semisal bisnis makanan dan minuman serta industri fesyen. Apalagi industri kreatif berbasis digital juga mampu menunjukkan peningkatan terutama bisnis game dan sejenisnya.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan industri kreatif seperti bisnis hiburan yang menyatu dengan pusat perbelanjaan menjadi lokasi pilihan yang diminati masyarakat Indonesia.

Baca Juga

“Saya kira hiburan yang berbasis digital sekarang terus berkembang, lalu usaha kreatif seperti bisnis hiburan dan belanja (perdagangan) yang dalam satu lokasi menjadi pilihan dan masih primadona,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (22/9).

Menurutnya berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS pada September 2018 menunjukkan pengeluaran per kapita sebulan untuk hiburan di wilayah perkotaan sebesar Rp 3.899  di pedesaan sebesar Rp 658 dan perkotaan plus pedesaan sebesar Rp 2.454. 

“Hiburan ini  yakni menonton di bioskop, menonton sandiwara atau pertunjukkan, menonton pertandingan olah raga,dekoder, langganan TV kabel, dan rekreasi lain (tidak termasuk transpor dan pembelian barang untuk rekreasi). Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan pengeluaran non makanan lainnya,” jelasnya.

Kendati demikian, menurut Tauhid, saat ini pendapatan masyarakat yang cenderung stagnan akan memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti makanan dan non makanan. 

“Untuk non makanan, pengeluaran terbesar tetap untuk pendidikan, kesehatan dan transportasi,” ucapnya.

Tauhid menyebut kebutuhan non makanan seperti hiburan akan ditunda ataupun dikurangi pengeluarannya. Implikasinya demand terhadap jasa hiburan, kesenian dan rekreasi juga akan mengalami perlambatan.

“Untuk non makanan yang tinggi adalah perumahan dan fasilitas rumah tangga, baru kemudian barang dan jasa (termasuk pendidikan dan kesehatan) di dalamnya,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement