Jumat 20 Sep 2019 17:44 WIB

Eksportir Tertarik Kembangkan Beras Ketan Hitam Bandung

Eropa kini tertari dengan beras sehat non gluten.

Petani memanen beras hitam.
Foto: kementan
Petani memanen beras hitam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Eksportir yang bergerak di perberasan menyebutkan pangsa pasar beras ketan hitam organik Indonesia masih terbuka luas. Pengembangan budidaya beras tersebut memiliki potensi besar untuk kebutuhan ekspor.

Hal ini disampaikan eksportir PT Sejati Makmur, Cecep yang rutin mengekspor beras ketan hitam sejak tahun 2011 ke Singapura pada saat kunjungan kerja Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi di Desa Cipeujeuh Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jumat (20/9).

Baca Juga

Cecep mengungkapkan pada bulan September ini perusahaannya telah mengekspor 22,5 ton ke Singapura. Adapun targetnya tahun ini bisa sampai 200 ton seperti halnya tahun-tahun sebelumnya.

"Selama ini saya ambil dari Cipinang harganya Rp 21 ribu per kg, baru kita packing kemasannya," ujar dia.

photo
Beras hitam

Beras ketan hitam di Bandung, kata Cecep, terkenal terbaik karena wanginya. Kalau dari segi bentuk memang lebih kecil, yang bulirnya lebih besar itu produksi dari Garut. Namun pihaknya kadang melakukan mix antara Garut sama Bandung, karena memang pasar luar sukanya yang bulirnya mengkilap dan besar .

"Untuk mendukung hal tersebut, di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan, red) setidaknya harus ada color sorter yang bisa menyaring warna dan polisher untuk mengkilapkan," ujarnya.

Ketertarikan akan beras ketan hitam juga diungkapkan oleh Lewi dari PT Profil Mitra Abadi. Menurutnya, selama ini memang pasar Eropa mulai berminat ke produk organik.

"Jadi karena di sekitar sini (Kecamatan Pacet, Bandung, red) sudah banyak praktek budidaya organik alangkah bagusnya kalo ketan hitam disini juga organik," tuturnya.

Lewi menjelaskan tren di Eropa sekarang ingin mengkonsumsi karbo yang non gluten, salah satunya ketan hitam. Karena itu, pihaknya  juga ingin mengembangkan olahan ketan hitam menjadi produk ekspor.

"Ini menarik sekali, rengginang ini bisa jadd crackers yang sehat dan non gluten. Akan lebih baik dibandingkan olahan tepung," ujarnya.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyebut bahwa Kementan saat ini sebagai penjembatan antara petani dan eksportir agar bisa memperpendek rantai pemasaran. Oleh sebab itu, Suwandi meminta petani bermitra dan diperluas pasarnya.

"Harga ketan hitam sudah tinggi dan bagus, tinggal benahi profesionalitas kelompoktaninya," sebutnya.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat Hendi Jatnika menyambut baik apa yang diinginkan para eksportir. Bahkan pihaknya berencana mengembangkan beras khusus, seperti beras organik, beras hitam, beras merah, basmati dan japonica.

"Mitra sudah datang, tinggal bagaimana memperpendek jalur pemasaran," katanya.

Perlu diketahui petani di Kabupaten Bandung ada luas pertanaman beras ketan hitam sekitar 840 ha dengan varietas lokal. Provitas rata-rata tercatat 5,5 ton sampai 7 ton per hektar. Harga saat ini sekitar Rp 8 ribu gabah kering panen dan harga berasnya Rp 20 ribu per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement