REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengimbau kepada perusahaan ternak terintegrasi (integrator) agar tak menjual produksinya ke pasar tradisional. Hal itu dilakukan agar harga ayam peternak mandiri dapat merangkak naik.
"Tadi kami membahas ayam. Catat, kami mengimbau perusahaan-perusahaan besar agar jangan langsung menjual ke pasar becek (tradisional). Ini agar peternak kecil bisa bangkit harganya, biar menguntungkan," kata Amran saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (18/9).
Amran optimistis imbauan tersebut dapat dilaksanakan oleh integrator. Menurutnya sebagai perusahaan besar yang terintegrasi, integrator perlu memberikan porsi market kepada peternak mandiri. Sebab selama ini diketahui suplai bahan baku produksi seperti bibit anak ayam atau day old chicken (DOC) serta sarana produksi peternakan (sapronak) peternak mandiri dibeli dari integrator. Sehingga apabila sharing market antara tak terjadi, peternak mandiri akan terus terjepit.
Kondisi kelebihan pasokan ayam di dalam negeri kerap terjadi. Buntutnya, harga ayam peternak kerap anjlok di bawah Harga Acuan Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kilogram (kg). Untuk itu guna mengupayakan jalan tengahnya, ayam-ayam produksi integrator dapat ditransitkan terlebih dahulu ke cold storage.
"Kami sarankan kalau bisa ada cold storadge untuk peternak-besar ini. Kalau perlu diajak dan dibina peternak kecilnya, dibantu, itu harapan kita," ujarnya.
Lebih lanjut dia juga mengimbau kepada integrator untuk mengontrol dan menghitung suplai DOC dan sapronak kembali dalam pengajuan rekomendasi impornya. Menurut dia, suplai dengan kebutuhan harus seimbang.
Sekretaris Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi meminta agar pembagian market antara integrator dengan peternak mandiri perlu diimbangi dengan regulasi baku. Menurutnya, imbauan belumlah cukup tanpa adanya komitmen yang terikat dalam regulasi.
"Kami minta pengaturan market ini ditelurkan dalam regulasi," ujar Sugeng saat dihubungi Republika, Rabu (18/9).