REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sektor perbankan mulai merasakan dampak dari ancaman resesi perekonomian domestik. Salah satu dampak dirasakan oleh perbankan pelat merah, Bank Mandiri.
Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas, menuturkan pada tahun ini dampak dari resesi ekonomi global bahkan telah dirasakan, meski dinilai belum begitu besar. Karena itu, perseroan mulai menata kembali manajemen risiko dalam menghadapi ancaman kondisi buruk yang bisa datang.
"Tahun 2019 ini sudah mulai berasa meski belum kencang. Jadi strategi kita sebetulnya memperkuat risk manajemen. Appetite mau kemana itu yang diperkuat," kata Rohan kepada wartawan di Nusa Dua, Bali, Jumat (14/9).
Pihaknya mengaku, salah satu dampak resesi ekonomi yang bakal dirasakan yakni pelemahan pertumbuhan kredit. Khususnya kredit konsumsi untuk kredit kendaraan bermotor dan kredit kepemilikan rumah.
Diperkirakan, hingga penghujung tahun kredit konsumdi dua sektor itu akan turun 1-2 persen dari target perseroan. Namun, pelemahan kredit dua sektor itu akan terkompensasi dari pertumbuhan kredit korporasi yang hingga kini masih tumbuh positif.
"Kredit konsumsi seperti perumahan dan mobil itu relatif melemah sekarang," ujarnya.
Selain kredit korporasi, kredit untuk sektor perkebunan dan infrastruktur masih memiliki peluang untuk tumbuh positif. Proyek-proyek pemerintah yang membutuhkan pendanaan dari kredit perbankan juga masih cukup besar.
Secara akumulasi, Rohan mengatakan pertumbuhan kredit tahun ini maksimal sebesar 11-12 persen. Pertumbuhan itu, menurut Rohan masih sesuai target perseroan atau di atas dari target Otoritas Jasa Keuangan sebesar 10-11 persen.
Di samping itu, Rohan mengatakan, Bank Mandiri mulai menekan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level rendah. Itu demi mengantisipasi adanya pelebaran NPL di tengah prospek perekonomian yang bisa melemah akibat resesi.
Hingga 30 Juni 2019, NPL kredit perbankan berara di level 2,57 persen. Soal pendanaan, Rohan mengatakan Bank Mandiri cukup aman. Sebab, penerbitan obligasi yang dilakukan pada awal tahun sangat cukup dalam penyediaan dana segar untuk memenuhi kebutuhan bisnis.
Adapun tahun depan, Rohan menuturkan, perseroan bakal mencerminta berbagai risiko yang bisa muncul pada tahun depan. Apalagi, kata Rohan, sinyal pelemahan ekonomi mulai terlihat sejak saat ini. "Kita akan tinjau review budjeting lebih matang lagi dikaitkan dengan sinyal pelemahan ekonomi," katanya.