REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Proyek Kemitraan Publik-Swasta antara Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dengan JICA, memberikan dampak positif terhadap para petani. Sejak digulirkan pada 2016 lalu, proyek ini berhasil meningkatkan kapasitas SDM para petani. Mulai dari aspek budi daya, pemasaran dan distribusi produk yang dihasilkan, bahkan hingga penyediaan akses permodalan kepada perbankan (KUR/kredit usaha rakyat).
Ketua Tim Proyek dari JICA, Tsutomu Nishimura mengatakan, dalam empat kali proyek kemitraan, ada 91 kelompok tani yang berhasil mendapat pembinaan dan pelatihan. Apabila dihitung sejak April 2016 hingga September 2019, terdapat 1.214 petani yang tergabung dalam kerja sama ini. Pada September 2019 nanti, proyek memasuki periode ke lima yang berlangsung hingga April 2020.
"Kami juga mengundang perwakilan petani untuk studi banding ke Jepang. Melihat bagaimana sistem budidaya, pemasaran dan distribusi di sana," ujar Tsutomu saat memberikan sambutan dalam acara Joint Coordination Commiteee Meeting Ke-5 di Bogor, Kamis (12/9).
Dia menambahkan ada sembilan komoditas hortikultura yang menjadi fokus program. Di antaranya cabai, sayuran jepang, tomat, paprika, wortel kuroda, buncis, brokoli, kembang kol dan jambu kristal. Tsutomu menjelaskan, selain membantu para petani dalam peningkatan kapasitas bertanam, pihaknya juga menjembatani mereka dalam mengakses pasar.
"Kami bantu negosiasi dengan pemodal dan pasar untuk distribusi hasil taninya. Sekarang, setidaknya ada 155 petani yang melakukan kontrak dengan perusahaan dan suplier. Saya berharap pengajuan dan perpanjangan periode proyek ke lima dapat terus meningkatkan kapasitas petani," papar Tsutomo.
Kepala Bagian Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, Achmad Widodo Heru mengatakan, untuk wilayah Jawa Barat terdapat enam kabupaten terpilih, yakni Kabupaten Bogor, Bandung Barat, Sukabumi, Cianjur, Garut dan Bandung.
"Fokusnya adalah bagaimana memodernisasi sistem produksi dan distribusi produk pertanian yang aman dan berkualitas tinggi. Di sini petani mendapatkan edukasi bagaimana meningkatkan kualitas hasil produksi, berproduksi secara kontinyu dan memiliki jejaring," beber dia di tempat yang sama.
Dodo - sapaannya - menjelaskan, selama berjalannya proyek, terdapat banyak perubahan dalam hal perbaikan sistem distribusi produk hortikultura. Selain mendapat bantuan benih dan sarana produksi, petani mendapat pengetahuan dalam hal meminimalisir biaya usaha tani.
"Kami akan terus memperbaiki sistem ini. Kami menyambut baik para petani yang tergabung dalam program ini. Terlepas apabila sudah tidak lagi diperpanjang, harapannya pembinaan yang diterima selama ini terus diaplikasikan. Kami juga hubungkan dengan para pelaku usaha. Hal ini menguntungkan pelaku usaha karena tentunya pasar menginginkan produk bagus dan jelas barangnya selalu teersedia," papar Dodo.
Dodo juga menyebutkan, dalam skala pembiayaan, perbankan juga dilibatkan. Ini akan semakin menyemangati para petani untuk terus bertanam.
"Ini adalah kerja sama yang holistik, di mana petani mendapat bantuan benih, sarana produksi pertanian, akses perbankan hingga dihubungkan ke pasar. Sekarang tinggal bagaimana komitmen petani untuk terus menghasilkan produk berkualitas," tukas Dodo.
Pemda dukung program JICA
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bogor, Siti Nurianty mengapresiasi program ini. Dirinya mengungkapkan, para petani di Bogor terbantukan dan teredukasi dengan baik.
"Mereka dibekali keterampilan secara komprehensif. Mulai dari pembenihan, teknik budidaya, pemasaran, sampai distribusinya. Singkatnya dari hulu ke hilir dibantu," ucap Siti saat memberi sambutan.
Siti memaparkan, di Bogor, ada 9 wilayah yang menjadi sasaran program. Yaitu Leuwiliang, Leuwisadeng, Rancabunguk, Megamendung, Cisarua, Caringin, Ciawi, Cijeruk, dan Tamansari. "Untuk komoditasnya variatif ya. Disesuaikan dengan potensi di wilayah masing-masing. Misalnya jambu kristal dan cabai," jelas Siti.
Satu hal yang menjadi kekagumannya adalah soal konsistensi para petani Jepang dalam hal kedisiplinan. "Waktu berkunjung di Jepang saya melihat para petani di sana sangat disiplin dan sangat detail. Jika SOP-nya begini, mereka menjalankannya secara konsisten. Mudah-mudahan para petani kita bisa mencontohnya ya. Terutama di Bogor," pungkas Siti.
acara Joint Coordination Commiteee Meeting Ke-5 di Bogor, Kamis (12/9).
Petani terbantukan
Teten, Ketua Gapoktan Cikandang Agro asal Garut mengatakan sangat berterima kasih atas proyek kerja sama ini. Banyak hal terbantu yang diterima dirinya dan kelompok tani binaannya sejak 2016 lalu.
"Dari mulai benih, pupuk itu dibantu. Kemudian sampai SOP budidaya dan sarana produksi. Perencanaan, pemeliharaan sampai pemasarannya di damping 100% oleh JICA," ujar Teten.
Dirinya bercerita, awalnya per orang diberi bantuan 100 m2 lalu meningkat hinga 400 m2. Bahkan hasil produknya sudah dengan salah satu perusahaan. "Saya berharap program ini dapat diteruskan. Petani dalam hal budidaya memang perlu didampingi terus - menerus. Utamanya sekarang sudah lahir petani - petani muda baru yang haus akan ilmu bertanam, " jelas Teten.
Salah satu petani lain, Irawan asal Lembang mengatakan bahwa hasil panen Pondok Pesantren Al Ittifaq bersama kelompok tani lainnya telah menembus pasar Jakarta. "Ada 14 hektare lahan kerja sama dengan JICA dari total keseluruhan 144 hektare yang kami miliki. Terhitung sejak Maret 2019 kami sudah bekerja sama dengan AEON Super Market," terang Irawan.
Selain itu dirinya menyebutkan, 60 jenis sayuran yang dibudidayakan ini juga telah masuk super market besar lainnya, termasuk e-commerce. Irawan menyebutkan dirinya bersama 270 petani binaan berkomitmen menghasilkan produk berkualitas dan terjaga kuantitasnya.