REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Almarhum BJ Habibe meninggalkan segudang warisan dalam dunia teknologi, salah satunya industri pesawat terbang. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi pun masih berharap pesawat R80 bisa diproduksi dan berjaya melanjutkan eksistensi N-250.
"Harapan saya, kami akan koordinasikan (terkait kelanjutan proyek konstruksi pesawat R80) menjadi suatu kenyataan," kata Budi saat ditemui di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (12/9).
Pesawat turboprop yang lebih hemat bahan bakar ketimbang jet tersebut sampai sekarang masih mandek di fase perakitan purwarupa di Bandara Kertajati, Jawa Barat, lantaran terkendala biaya produksi. Pesawat R80 diyakini bisa menjadi tandingan pesawat tipe Avions de Trasnport Regional (ATR) yang sudah banyak digunakan banyak maskapai komersial.
Komisaris PT. Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie memberikan paparan mengenai pesawat R80 di Perpustakaan Habibie-Ainun, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/2/2018).
Meski belum diproduksi, namun pemesanan R80 sudah mengantre. Sebanyak 155 unit dipesan oleh empat perusahaan maskapai penerbangan dalam negeri, yakni Nam Air 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit, dan Aviastar 10 unit.
Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2017 tentang Proyek Strategis Nasional yang memasukkan pesawat R80 di dalamnya. Sementara itu, PT Regio Aviasi Industri telah menandatangani MoU dengan dua perusahaan Italia, yakni LEONARDO Aerostructure Division dan LAER, dalam pembuatan dan pengembangan pesawat R80 pada 22 Februari 2018.
Miniatur pesawat R80 (ilustrasi)
Anak pertama Habibie, Ilham Akbar Habibie, selaku komisaris PT Regio Aviasi Industri mengatakan, selepas MoU para pihak beranjak ke fase pembuatan enam unit prototipe dari R80. Dari enam purwarupa yang akan dibuat, empat di antaranya akan digunakan untuk uji terbang dan dua sisanya untuk uji kekuatan struktur. Uji coba perdana akan dilakukan pada 2022 mendatang.
Menurut Ilham, di fase kedua, pihaknya akan mengurus sertifikasi agar R80 bisa dipasarkan. Lisensinya dari Indonesia dan Eropa, sedangkan uji sertifikasinya pada 2022 hingga 2024.
Setelah dilakukan proses sertifikasi, maka akan dilakukan fase ketiga, yaitu serial production. Pesawat yang telah diorder sejumlah maskapai penerbangan itu ditargetkan bisa diserahkan pada 2025.
Pesawat R80 yang memiliki kapasitas angkut 80 sampai 90 penumpang dinilai cocok untuk penerbangan domestik antarpulau di Indonesia karena tidak membutuhkan landasan yang terlalu panjang sehingga bisa mendarat di bandara kecil. Selain itu, R80 juga dapat dirancang untuk misi lain, seperti untuk patroli oleh TNI Angkatan Udara.
Demi mendukung kelanjutan pendanaan untuk proses pengembangan R80, pengumpulan dana pun telah bergulir melalui kitabisa.com. Diperlukan dana sekitar 1,5 miliar dolar AS untuk membiayai produksi pesawat R80.