Rabu 11 Sep 2019 08:33 WIB

Tahun Depan, Tren Pertumbuhan Kredit Masih Relatif Lambat

Rasio kredit bermasalah bank diprediksi tahun depan di kisaran dua persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Petugas Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu (KCP) Tasikmalaya menyiapkan uang pecahan untuk layanan penukaran uang baru di Jalan Sutisna Senjaya, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat,Jumat (17/5/2019).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Petugas Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu (KCP) Tasikmalaya menyiapkan uang pecahan untuk layanan penukaran uang baru di Jalan Sutisna Senjaya, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat,Jumat (17/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren pertumbuhan kredit industri perbankan tahun depan diperkirakan masih relatif melambat. Proyeksi tersebut naik tipis dibandingkan dengan perkiraan kredit tahun ini yang tumbuh 10,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy). 

Department Head Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani mengatakan pertumbuhan kredit pada tahun depan diperkirakan sebesar 10,9 persen secara yoy. "Tren tahun ini masih berlanjut ke tahun depan, kalau dilihat dari tren pertumbuhan relatif masih slow," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/9).

Menurutnya pertumbuhan yang tipis tahun depan terjadi karena keadaan eksternal yang masih bergejolak. Ditambah sumber pertumbuhan Indonesia tidak berubah, kecuali mau untuk bertransformasi.

"Manufaktur kan memang sudah lama ya, nanti untuk yang non tradable itu seperti jasa kesehatan, pendidikan. Karena sekarang juga didominasi usia muda, jadi consumer goods itu tinggi, kalau sektoral itu konstruksi, jasa keuangan," papar dia.

Di sisi lain, dia menjelaskan pada 2010-2014 kredit bisa tumbuh cepat 20 persen-30 persen secara yoy karena komoditas masih booming. Semisal pertambangan, perkebunan dan termasuk jasa turunannya turut mendorong pertumbuhan kredit perbankan.

"Waktu itu bank sangat jor-joran, sekarang ini pelan sekitar 10 persen-11 persen relatif normal. Dengan kondisi sekarang memang bisnis opportunity tidak sebesar dulu tapi tetap ada dan juga ditambah dengan sikap selektif dan sangat hati-hati," jelasnya.

Pada rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tahun depan diperkirakan juga akan menurun seiring dengan perbankan yang semakin selektif menyalurkan kreditnya. Pada tahun depan NPL bank diperkirakan pada kisaran dua persen.

"NPL trennya sekarang turun, kan sudah 2,5 persen industri harusnya sih ke depan menurun. Karena proses seleksinya lebih ketat dan bermasalah diberesin, bisa direstrukturisasi atau kalau tidak bisa ditolong ya dilikuidasi atau hapus buku," ucapnya.

Pada tahun ini, posisi NPL industri perbankan diperkirakan berada di posisi 2,3 persen lebih rendah dari posisi Juni 2019 pada level 2,5 persen. Sedangkan tahun depan, NPL perbankan bisa ditekan lebih rendah menjadi dua persen.

"Sebetulnya kisaran dua persen itu normal tahun depan. Saya pikir seharusnya tidak memburuk ya, dengan asumsi ekonomi tidak memburuk ya, karena proses belajar di bank juga akibat kejadian 2015 semakin berhati-hati, sekarang tidak ada bank jor-joran lagi," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement