Jumat 06 Sep 2019 17:02 WIB

BI: Ketidakpastiaan Ekonomi Global Semakin Tinggi

Presiden AS Donald Trump sengaja memberikan pernyataan konrtoversial.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih, Destry Damayanti diperkenalkan saat Rapat Paripuna ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2018-2019 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih, Destry Damayanti diperkenalkan saat Rapat Paripuna ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2018-2019 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (25/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut sumber gejolak ekonomi global berasal dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Gejolak ini memberikan pengaruh terhadap ekonomi domestik.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan perang dagang antara kedua negara tersebut menimbulkan ketidakpastian ekonomi dalam negeri. “Saat ini ketidakpastian memang tinggi. Dari semua itu seluruh dunia barometernya adalah AS," ujarnya saat acara Diskusi Panel Perekonomian dan Arah Kebijakan Sistem Pembayaran Indonesia di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (6/9).

Menurutnya gejolak ekonomi di AS berasal dari pernyataan-pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump. Bahkan pernyataannya bisa membolak-balikan keadaan ekonomi dunia dengan mudah, hanya melalui akun Twitternya saja.

"Trump itu ngetwit terus. Misalnya minggu lalu masih sangat suram sekali. Kita pikir trade war akan semakin buruk karena tidak ada negosiasi. Tapi minggu lalu dia (Trump) ngetwit saya buka peluang negosiasi. Padahal baru buka peluang, pasar langsung berbalik arah," ucapnya.

Melihat kondisi itu, Destry curiga sikap Trump yang sengaja memberikan pernyataan kontroversial. Hal itu menyesuaikan keadaan kebutuhan ekonomi di Amerika Serikat.

"Ketika dia butuh dolar dia bikin isu negatif buat AS. Dolar melemah dia beli dolar. Tapi ketika dia banyak dolar dan butuh duit, ya dia bikin isu positif soal AS. Akhirnya pasar beli, harga dolar naik. Untung mereka. Itu yang dipikirkan para ekonom," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement