Kamis 05 Sep 2019 18:18 WIB

Kepastian Produksi Mobil Listrik Perlu untuk Dorong Industri

Dengan kepastian itu, industri pendukung mobil listrik akan tumbuh di Indonesia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Insentif industri kendaraan listrik
Foto: Tim Infografis Republika
Insentif industri kendaraan listrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen charger mobil listrik dunia, ABB, menuturkan siap menjadi pengembang sekaligus produsen alat pengisi daya baterai mobil listrik. Lewat perwakilan di Indonesia, ABB Sakti Industri (ABB Indonesia) menyatakan, kepastian produksi mobil listrik perlu ada untuk mendukung tumbuhnya infrastruktur penunjang. 

Direktur ABB Indonesia, Dodon Ramlie, mengatakan, Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dan Transportasi Jalan menjadi era baru industri otomotif di Indonesia. Namun, kata dia, produksi massal mobil listrik perlu dipastikan agar bisa mendorong para pemain di sektor pendukung. Salah satunya, produsen pengisi daya baterai khusus mobil listrik. 

Baca Juga

"Sistem bisnis kami pasti melihat permintaannya. Regulasi turunan Perpres harus ada agar investor swasta seperti ABB bisa ikut andil," kata Dodon saat ditemui di Indonesia ELectric Motor Show 2019, Kamis (5/9). 

Ia mengatakan, semakin tumbuh permintaan mobil listrik maka semakin besar pula peluang perusahaan pendukung mobil listrik untuk bermunculan. Saat ini, kata Dodon, ABB Indonesia tengah melakukan penjajakan dengan PT PLN (Persero) untuk mendirikan Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) di mal WTC Mangga Dua. 

Selain menyasar untuk pengisian publik, Dodon mengatakan pengguna mobil listrik juga dapat membuat SPLU khusus di rumah. Hal itu sangat dimungkinkan selama daya listrik yang terpasang di rumah minimal 10.000 volt ampere. Namun, itu semua kembali ke pengguna masing-masing. 

"Yang jelas pasarnya harus ada, kalau pemerintah ingin banyak SPLU," ujar dia. 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebelumnya menyatakan telah mengantongi dua nama pabrikan yang berencana menanamkan investasi di Indonesia untuk memproduksi mobil listrik, yakni Hyundai dan Toyota. Nilai investasi dua perusahaan itu diperkirakan tembus Rp 5 triliun dalam lima tahun. 

ABB Indonesia sendiri telah melakukan perhitungan. Jika pengembangan mobil listrik mulai masif pada tahun ini, setidaknya dalam waktu dua tahun kebutuhan listrik untuk mobil mulai signifikan. "Dua tahun dari sekarang tren bisnis ke depan kemungkinan sudah mulai terlihat," ujar dia. 

Kendati demikian, ia memperkirakan paling cepat seluruh aturan teknis maupun petunjuk teknis ekosistem mobil listrik baru rampung pada tahun 2020. Setelah itu, para pelaku usaha, khususnya swasta baru bisa membaca situasi pasar. 

Senada dengan pemerintah, Dodon mengatakan pengembangan kendaraan listrik merupakan solusi tepat untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Hal itu juga sejalan dengan target pmerintah meningkatkan bauran energi baru terbarukan sebesar 30 persen pada 2030 mendatang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement