Kamis 05 Sep 2019 17:38 WIB

Bahana Genjot Penjualan SBR008 di Seluruh Cabang

Bahana memastikan SBR008 tidak memiliki risiko gagal bayar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan  Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Ditjen PPR Kemenkeu) Loto  Srinaita Ginting dalam peluncuran Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR008 di  Jakarta, Kamis (5/9).
Foto: dok. Biro Humas Kemenkeu
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Ditjen PPR Kemenkeu) Loto Srinaita Ginting dalam peluncuran Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR008 di Jakarta, Kamis (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Bahana Sekuritas anak perusahaan plat merah PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) turut mendukung pemerintah untuk meningkatkan peran perorangan dalam berinvestasi di surat berharga negara (SBR). Demi menggenjot penjualan, Bahana akan melakukan sosialisasi ke semua cabang yang ada. 

"Termasuk ke Surabaya dan juga ke beberapa universitas untuk mendorong minat mahasiswa berinvestasi dini di surat berharga negara yang tidak berisiko," kata Head Retail Capital Market Bahana Sekuritas Inca Aditya dalam keterangan tertulis, Kamis (5/9). 

Baca Juga

Sebagai instrument investasi negara, Bahana memastikan SBR008 tidak memiliki risiko gagal bayar sama sekali karena pemerintah sudah mengalokasikan anggaran untuk pembayaran kupon yang akan dibayarkan setiap bulannya. Penyesuaian tingkat kupon akan dilakukan setiap tiga bulan. Dengan sifatnya yang tidak dapat diperdagangkan, maka investor harus memegang surat berharga ini hingga jatuh tempo.

Namun, investor tidak perlu khawatir bila sewaktu-waktu membutuhkan dana dan harus mencairkan SBR ini, investor diberikan kesempatan untuk melakukan pencairan awal sebelum jatuh tempo setelah satu tahun, dengan maksimal pencairan sebesar 50 persen. Investor yang berminat bisa berinvestasi minimal Rp 1 juta dan dibatasi maksimal Rp 3 miliar per orang.

"Instrumen ini hanya diperuntukkan bagi perorangan, sehingga institusi dan investor asing tidak dapat membelinya. Instrumen ini lebih menarik kalau kita bandingkan dengan deposito, karena pajak yang dikenakan hanya sebesar 15 persen, sedangkan deposito dikenakan pajak sebesar 20 persen," tambah Inca.

Untuk pembelian instrumen ini prosedurnya pun cukup sederhana. Investor hanya perlu melakukan secara online dengan membuka akun baru bagi nasabah yang baru pertama kali membeli SBR, sedangkan bagi nasabah lama, bisa langsung menggunakan akun yang lama. 

Penerbitan SBR008 menjadi yang terakhir pada tahun ini, setelah pada Januari dikeluarkan SBR005, pada April diterbitkan SBR006, selanjutnya Juli ditawarkan SBR007 dan yang terakhir adalah SBR008 dengan jangka waktu 2 tahun, yang sifatnya tidak dapat diperdagangkan, dengan menawarkan kupon mengambang atau floating rate minimal sebesar 7,2 persen.

Menurut Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srianita Ginting, kupon yang ditawarkan bergerak sesuai dengan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-day reserve repo rate ditambah 170 basis points (bps). Bila bulan lalu, Bank Indonesia memotong suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi 5,5 persen, maka kupon yang ditawarkan saat ini kepada investor retail sebesar 7,2 persen, besaran kupon ini sekaligus menjadi batas bawah kupon SBR008.

"Pemerintah menjamin besaran minimal kupon yang dibayarkan sebesar 7,2 persen artinya bila kedepan BI kembali menurunkan suku bunga acuan, maka kupon ini tidak akan turun lagi. Sebaliknya, bila seandainya bulan depan BI menaikkan suku bunga, maka kupon akan naik sebesar kenaikan suku bunga acuan," ujarnya saat menghadiri peluncuran SBR008 di Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement