Rabu 04 Sep 2019 13:56 WIB

Bisnis Katering di Bandung Raya, Potensial

Sayangnya, saat ini, industri katering minim legalitas.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) Kota Bandung, Disa Sandhi Ardyansyah (tengah), sedang menunjukkan denah pameran pada Technical Meeting Pameran Akbar Catering 2019 di Restoran Sindang Reret, Jln. Surapati, Bandung, Selasa (3/9).
Foto: Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) Kota Bandung, Disa Sandhi Ardyansyah (tengah), sedang menunjukkan denah pameran pada Technical Meeting Pameran Akbar Catering 2019 di Restoran Sindang Reret, Jln. Surapati, Bandung, Selasa (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Industri katering di Bandung Raya, saat ini masih sangat menjanjikan. Hal tersebut terlihat pada pertumbuhan usaha catering di wilayah Bandung Raya yang mencapai 10 sampai 15  persen per tahun. 

Menurut Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) Kota Bandung, Disa Sandhi Ardyansyah, laju pertumbuhan tertinggi terjadi di wilayah outer Kota Bandung, seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.

"Pertumbuhan industri katering, baik untuk pernikahan maupun harian bagi kantoran dan hotel, sangat prospektif. Industri katering, tidak akan pernah mati karena pernikahan akan terus ada dan industri terus bertumbuh," ujar Disa usai Technical Meeting Pameran Akbar Catering 2019 di Restoran Sindang Reret, Bandung, Selasa (3/9).  .

Pameran Akbar Catering 2019 sendiri akan digelar di Bale Asri Pusdai, Jln Diponegoro, Bandung, pada 13-15 September. 

"Di Kota Bandung juga tumbuh, tapi tidak sepesat Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Pemain di Kota Bandung juga itu-itu saja," katanya.

Namun, Disa mengakui, pesatnya pertumbuhan katering, menimbulkan permasalahan ketika pelaku usaha baru tidak memiliki basis yang kuat di sektor tersebut. Akibatnya, tidak jarang muncul kekecewaan di tengah konsumen.

"Katering adalah industri yang membutuhkan tingkat keamanan pangan yang tinggi. Oleh karena itu, kami meminta agar pemerintah memperketat regulasi usaha catering," katanya.

Hal itu, kata dia, bukan untuk mempersempit persaingan industri catering, akan tetapi untuk menjaga kualitas produk katering. Karena, saat ini banyak pelaku usaha katering yang terjun ke bisnis tersebut bermodalkan hobi memasak dan jejaring yang luas.

"Saat ini industri catering minim legalitas. Seharusnya pelaku usaha katering terdaftar dengan jelas dan memiliki izin usaha resmi. Ini penting untuk jaminan keamanan bagi konsumen," katanya.

Saat ini, kata dia, dari 200-300 pelaku usaha catering di Kota Bandung baru 153 yang sudah bergabung dengan APJI. Sebagian besar di antaranya, 80 persen masuk kategori usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Terkait Pameran Akbar Catering, kata dia, tahun ini adalah yang keempat kalinya digelar APJI Kota Bandung. Menurut Ketua Pelaksana Pameran, Yudi Wahyudi Hidayat, agenda dua tahunan tersebut akan diikuti 111 stand yang 65 persen pesertanya adalah perusahaan catering.

"Sisanya adalah vendor dan supplier sebagai mitra perusahaan katering," katanya.

APJI Kota Bandung menargetkan, melalui pameran tahun ini, akan terealisasi transaksi sebesar Rp 7,5 miliar. Karena, pada Pameran Akbar Catering sebelumnya tercapai transasi sebesar Rp 6,3 miliar. "Itu hitungan billing di lokasi," katanya.

Sementara target transaksi perputaran real, kata dia, ditargetkan sebesar Rp 300 juta. Karena, lada event sebelumnya terealisasi sebesar Rp 200 juta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement