REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani di wilayah Sumatra Utara kini semakin bersemangat, setelah merasakan skala produksinya meningkat sehingga berdampak pada taraf hidupnya. Demikian dikemukakan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) wilayah Sumatera Utara, Titi Habib mengenai manfaat mekanisasi dan program terobosan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan).
"Apalagi seluruh peningkatan ini diikuti dengan naiknya nilai ekspor dan investasi. Terus terang kita melihat semua kebijakan Kementan ini mampu membangkitkan semangat petani untuk lebih giat lagi dalam melakukan produksi," ujar Titi, Kamis (29/8).
Menurut Titi, beberapa ekspor yang paling kongkrit menambah devisa negara adalah produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan produk olahan. Di samping itu, ada juga peningkatkan ekspor pada komoditas peternakan dan perkebunan sawit.
"Kami sudah melihatnya secara langsung dan sangat mendukung sekali semua kebijakan dan program yang dikeluarkan. Yang kami tahu, baru-baru ini juga ada ekspor peternakan, telur dan buah," katanya.
Di Sumatera Utara, lanjut Titi, para petani sedang gencar memproduksi tanaman hias Dracaena dan mengembangbiakan hewan domba. Kedua produk ini gencar dikembangkan mengingat Sumatera Utara memiliki pangsa pasar yang jelas.
"Saya melihat dari Sumut sudah mengejar ekspor seperti tanaman hias dracaena ke Belanda yang diangkut dengan loading kapal laut dari wilayah Kualanamu. Kalau jumlah secara detail saya kurang tau, tapi yang pasti ada 1 kontainer setiap bulan di ekspor," katanya.
Titi mengatakan bahwa peningkatan ekspor di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman jauh melejit dibanding ekspor lima tahun sebelumnya. Ini bisa ia buktikan dengan peningkatan ekspor domba pada perayaan Idul Adha 2019 lalu.
"Lima tahun lalu seingat saya memang ada ekspor ke beberapa negara, tapi tidak menonjol seperti saat ini. Bayangkan saja ekspor domba kita melejit ke Malaysia pada saat Idul Adha kemarin. Bahkan sampai memecahkan rekor dunia untuk kategori penyembelihan terbanyak," katanya.
Meski demikian, Titi tak menampik sempat ada penurunan produksi hingga merosot tajam. Namun, faktor ini tak lain karena faktor gunung Sinabung yang mengeluarkan vulkanik.
"Sebenarnya produksi di Sumatera Utara bisa memenuhi kebutuhan nasional. Tapi karena ada dampak Sinabung kami juga kena dampak penurunan. Apalagi sarananya juga kurang. Sementara permintaan dari Malaysia sangat banyak," tukasnya.