Kamis 29 Aug 2019 20:48 WIB

Ekonomi RI Tahun Ini Diproyeksi Hanya Tumbuh 5,08 Persen

Pertumbuhan ekonomi pada semester kedu tahun ini diperkirakan mengalami perlambatan.

Rep: Dedy Darmawan per/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi
Foto: Republika
Pertumbuhan ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional hingga penghujung 2019 hanya 5,08 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,2 persen. Ia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah mengalami tekanan eksternal yang cukup kuat. 

Pertumbuhan ekonomi pada semester kedua tahun ini diperkirakan mengalami perlambatan dibanding realisasi pada semester pertama 2019. Faktor musiman yang mendorong konsumsi dalam negeri untuk menggerakkan perekonomian juga telah berlalu pada semester pertama. 

Baca Juga

Pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang semester pertama tercatat hanya mencapai 5,06 persen. Sedangkan, pertumbuhan pada semester kedua ini diproyeksikan sekitar 5,11 persen. 

"Jika dibulatkan, pertumbuhan ekonomi kita 5,1 persen atau 5,08 persen. Itu adalah perkiraan kita," kata Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (29/8). 

Sri menjelaskan, kinerja ekspor dan impor pada semester kedua ini masih akan negatif. Sementara, aliran investasi di sektor riil belum dapat tumbuh signifikan. Pertumbuhan investasi diperkirakan hanya sekitar 5,2 persen, naik tipis dari semester pertama sebesar 5,02 persen. 

Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada semester kedua diperkirakan hanya tumbuh sekitar 4,97-5 persen. Tingkat konsumsi itu lebih rendah dibanding realisasi konsumsi semester pertama sebesar 5,1 persen.

Karena itu, Sri mengatakan, satu-satunya sektor yang bisa lebih mendorong pertumbuhan adalah belanja pemerintah. "Kami berharap ada akselerasi dari belanja pemerintah. Khususnya untuk belanja modal," ujarnya. 

Menurut Sri, belanja modal oleh pemerintah bisa diandalkan karena sepanjang semester pertama pergerakannya cukup lambat. Pihaknya mengakui, belanja oleh 34 kementerian lembaga tidak begitu cepat sejak awal tahun ini. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement