Kamis 29 Aug 2019 18:52 WIB

Masyarakat Masih Salah Persepsi Soal Kehalalan Asuransi

Pelaku industri asuransi berupaya lebih mendorong sosialisasi produk-produk syariah

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi syariah (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Asuransi syariah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sharia, Government Relations, and Community Investment Director Prudential Indonesia, Nini Sumohandoyo menilai, kurangnya penetrasi asuransi syariah dikarenakan banyak yang menilai produk asuransi itu belum halal. Untuk itu, Prudential banyak melakukan sosialisasi asuransi syariah dengan dibantu oleh MAsyarakat EKonomi Syariah (MES) dan para ulama.

"Kami kerjasama dengan MES, DSN MUI dan pengamat ekonomi syariah untuk banyak memberikan penjelasan mengenai asuransi syariah. Karena masih banyak yang berpikir asuransi itu masih belum halal," ujar Nini kepada Republika.co.id, Kamis (29/8).

Baca Juga

Saat ini jumlah tenaga pemasar di Prudential mencapai 250 ribu agen, dengan 80 ribu orang berlisensi syariah. Maka dari itu, Prudential berupaya lebih mendorong sosialisasi produk-produk syariah secara luas, dan melakukan training syariah kepada tenaga pemasar.

Prudential juga bekerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), serta berbagai komunitas-komunitas di belasan kota. Umumnya, sosialisasi asuransi syariah dilakukan di kota-kota terpencil yang belum banyak terjangkau produk keuangan syariah, bahkan hingga ke Papua.

Sebanyak 80 ribu agen berlisensi syariah diprioritaskan pada wilayah-wilayah terpencil, dan secara langsung bersinggungan dengan masyarakat untuk memasarkan produk syariah. Kendati begitu, pemasaran produk-produk syariah tidak hanya dikhususkan pada masayarkat muslim.

Nini mengungkapkan, saat ini produk asuransi syariah banyak diminati oleh kalangan non muslim karena memiliki fitur yang lebih unggul dibandingkan produk konvensional. "Biasanya muslim ditawarkan yang syariah. Tapi kita tekankan bukan agamannya, tapi manafaatnya, tergantung kebutuhannya," kata Nini.

Dia menjelaskan, tenaga pemasar diharuskan memahami kebutuhan pemegang polis lalu menawarkan solusi dengan produk yang memiliki fitur sesuai kebutuhan tersebut. Meskipun produk konvensional dan syariah dinilai sama-sama bagus, namun produk syariah memiliki fitur-fitur dan manfaat yang tidak dimiliki konvensional. Oleh karena itu, banyak juga non muslim yang membeli produk syariah.

"Mereka beli kan bukan karena prinsip syariah, tapi karena manfaat dan fiturnya yang di konvensional belum ada. Tapi secara keseluruhan, tenaga pemasar kami selalu menawarkan produk syariah, " jelasnya.

Pada 2018, Prudential Indonesia semakin memperkuat kepemimpinan pasarnya dalam bisnis asuransi syariah, dengan mencatatkan total aset syariah sebesar Rp 9,2 triliun dan total kontribusi Tabarru sebesar Rp 2,4 triliun. Tabarru Prudential Indonesia juga mendanai modal berbasis risiko sebesar 2,488 persen dan dana perusahaan sebesar 10,002 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement