Jumat 23 Aug 2019 17:16 WIB

Mentan: Stok Jagung di Bulog Masih 20 Ribu Ton

Kebutuhan jagung dapat terpenuhi setelah masa panen Agustus.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Petani mengumpulkan hasil panen jagung yang sudah dikeringkan di Desa Handap Herang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (2/8).
Foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Petani mengumpulkan hasil panen jagung yang sudah dikeringkan di Desa Handap Herang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (2/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan, impor jagung bukan menjadi sebuah urgensi saat ini. Sebab, Perum Bulog masih memiliki stok jagung di sejumlah gudangnya hingga 20 ribu ton.

Amran menuturkan, stok jagung tersebut dapat dibeli oleh mereka yang membutuhkan. Tidak terkecuali bagi para peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. "Sebenarnya (Bulog) mau mempercepat penjualan. Kalau ada petani yang butuh, dapat meminta ke Bulog," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (23/8). 

Baca Juga

Selain stok Bulog, Amran menjelaskan, kebutuhan jagung dapat terpenuhi setelah masa panen Agustus. Terdapat 300 ribu hektare yang siap panen dengan rata-rata panen enam ton per hektar. Artinya, setidaknya akan ada 1,8 juta ton jagung yang bisa dimanfaatkan sampai akhir bulan ini. 

Di sisi lain, Amran memastikan, sistem produksi jagung yang 'setiap hari tanam dan setiap hari panen' akan memastikan ketersediaan komoditas. Terlebih, pemerintah melalui Kementan telah membangun irigasi tersier yang dapat meningkatkan planting index. 

Dengan berbagai upaya di itu, Amran berharap, komoditas jagung di pasaran dapat tersedia mencukupi, sehingga tidak perlu dilakukan impor dalam jangka waktu dekat. "Yang jelas, yang butuh jagung, bisa ke Bulog. Itu jawaban pak Dirut (Direktur Utama Bulog Budi Waseso) saat saya tanya tadi pagi," ucapnya.

Hanya saja, Amran tidak dapat memastikan, pemerintah akan secara total menutup keran impor hingga akhir taun. Kalaupun ada, ia berharap jumlah jagung yang diimpor dapat lebih kecil dibandingkan dengan ekspor. 

Sementara itu, Deputi Menko Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), Musdhalifah Machmud, menyebutkan bahwa isu impor jagung belum menjadi pembahasan di tingkat Kemenko Perekonomian. Ia masih menunggu data dari berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk Kementerian Pertanian (Kementan). 

Data yang dimaksud Musdhalifah adalah jumlah produksi dan tingkat kebutuhan industri dalam negeri. Apabila melalui perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat supply lebih rendah dibandingkan demand, maka pemerintah akan segera merancang dan membuat kebijakan. "Ini akan kita bahas bersama," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (23/8). 

Isu impor jagung dikemukakan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Rabu (21/8). Impor yang direncanakan dilakukan pada tahun ini bertujuan mengantisipasi kenaikan harga dan sisi produksi jagung nasional yang menurun akibat kemarau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement