REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pagi itu, Eno (58 tahun) sedang sibuk menyiapkan buah mangga untuk dijual. Sehari-hari, dia menjajakan dagangan buahnya dengan berkeliling di desa dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.
Meskipun terpapar terik matahari dan debu jalanan, dia tetap semangat menjual buah-buahan dari rumah ke rumah. Tak ada kata menyerah dalam dirinya, dia hanya ingin membantu meningkatkan pendapatan keluarga.
“Saya jual buah-buahan ini dari agen dekat rumah. Saya jual buah mangga, pepaya, pisang dan buah lain dengan keliling dari rumah tetangga ke tetangga,” kata Eno.
Ketika jam menunjukan pukul 12.00 WIB, dia pulang ke rumah untuk menikmati makan siang dan istirahat bersama sang suami, anak serta cucunya. Selepas itu, pada pukul 13.00 WIB, dia kembali berkeliling menjual buah-buahan.
“Saya berangkat lagi siang dan jam lima sore saya sudah pulang ke rumah,” ujar Eno seperti dalam siaran pers.
Modal usahanya didapatkan melalui pinjaman dana usaha dari Amartha. Kala itu, dia diajak oleh salah satu sahabatnya untuk bergabung dengan Amartha. Dia pun bergabung dengan majelis (kelompok Amartha yang terdiri dari 15-20 pelaku usaha mikro perempuan) di Desa Ciseeng.
“Tahun 2011 saya gabung dengan Amartha berkat teman saya. Terus saya bertemu dengan petugas Amartha. Setelah itu, saya terpilih untuk mendapatkan pinjaman usaha,” ungkapnya.
Awalnya, dia hanya ingin membantu sang suami yang masih bekerja serabutan. Tak disangka, penghasilannya sebagai pedagang membuahkan hasil yang cukup untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dia bisa menyekolahkan anak-anaknya.
“Awalnya saya enggak punya modal, tetapi setelah bergabung dengan Amartha justru saya dapat modal dengan mudah. Pelayanan petugas Amartha juga ramah. Mereka juga bantu saya kelola usaha ini,” tambahnya lagi.
Mulai saat itu, dia mulai percaya diri untuk merenovasi rumah. Apalagi, pembiayaan usahanya terus bertambah. Setelah melunasi pinjamannya beberapa tahun lalu, kini pinjamannya bernilai lebih dari enam juta rupiah.
“Saya pengen banget punya rumah yang bagus. Terus, saya mikir, kapan ya saya punya rumah bagus. Makanya, sekarang saya coba sisihkan juga uang untuk bangun rumah,” tutur Eno.
Kini, dia telah berhasil membangun rumah hasil dari usahanya untuk berdagang. Tak ada kata menyerah untuk menggapai impiannya untuk membangun rumah. Eno merupakan salah satu perempuan tangguh yang berhasil mewujudkan impiannya untuk merenovasi rumah.