REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGANU – Pakar kelautan dan perikanan, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS, Selasa (20/8) pagi secara khusus diundang oleh University Malaysia Terengganu (UMT), Malaysia. Ia diminta untuk berbicara dan berdiskusi secara intens tentang masa depan kelautan antara Indonesia dan Malaysia.
Kedatangan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era Kabinet Gotong Royong itu disambut tuan rumah, Prof Dato Dr Nor Aieni binti Haji Mokhtar, Vice Chancellor University Malaysia Terengganu. Universitas ini adalah lembaga pendidikan tinggi yang mengkhususkan diri di bidang kelautan, pesisir dan pengelolaan sumber daya laut. Terletak di tepi Laut China Selatan, Kampus University Malaysia Terengganu adalah sebuah think tank bagi Malaysia dalam urusan kelautan dan sumber daya laut.
Baik Prof Rokhmin Dahuri maupun Prof Nor Aieni menyampaikan bahwa kedua negara -- Indonesia dan Malaysia -- adalah dua saudara yang saling belajar dan bekerja sama demi kemajuan bersama. “University Malaysia Terengganu mengundang Prof Rokhmin Dahuri untuk berdiskusi secara intens mengenali dan menggali potensi kelautan di kedua negara,” kata Prof Nor Aieni melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (20/8).
Prof Rokhmin Dahuri (paling kanan) menjadi salah satu nara sumber FGD kelautan dan perikanan yang digelar oleh UMT, Malaysia.
Ia menambahkan, kampus UMT memiliki semboyan Ocean of Discoveries for Global Sustainability, Merentasibdan Menemukan Sumber Daya Kelautan untuk Kesejahteraan Global. “Dengan tagline seperti itulah, diskusi ini digelar,” ujarnya.
Forum Group Discussion (FGD) itu diikuti oleh sekitar 30 orang profesor dan doktor di bidang kelautan dan kepulauan dari Malaysia. Dalam kesempatan tersebut, Prof Rokhmin Dahuri menyampaikan materi diskusi bahwa potensi kelautan memiliki kekuatan besar menjadi tulang punggung kesejahteraan dan sumber kehidupan bagi masyarakat global.
“Diharapkan dari pertemuan dan diskusi ilmiah ini lahir sebuah perhatian bersama, antara Malaysia dan Indonesia tengtang agenda-agenda di bidang kelautan dan juga perikanan,” kata Rokhmin yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB.
Profesor Rokhmin Dahuri mengisi buku tamu di University Malaysia Terengganu.
Tentu saja, Rokhmin menambahkan, juga disinggung tentang peristiwa-peristiwa ilegal fishing atau tuduhan penangkapan ikan secara ilegal. Baik di Indonesia dan Malaysia, diakui bahwa penangkapan-penangkapan para nelayan ini kadang menjadi komoditas politik dan menjadi konsumsi media. “Biasanya peristiwa-peristiwa penangkapan ini terjadi di wilayah grey area, tempat dan perbatasan yang masih memiliki dispute antara Indonesia dan Malaysia,” ujarnya.
Saat ini ada 43 mahasiswa Indonesia yang belajar di University Malaysia Terangganu dan ada 11 intelektual Indonesia yang mengajar dan menjadi dosen di sini. “Pertemuan ini juga membuka peluang beasiswa bagi pelajar-pelajar Indonesia yang ingin mendalami ilmu-ilmu kelautan dan perikanan di Malaysia,” tutur Rokhmin.
Ia mengatakan, dirinya berusaha “mengibarkan” merah putih dalam pertemuan ini, bahwa Indonesia harus menjadi saudara baik bagi Malaysia. “Begitu juga Malaysia bagi Indonesia,” kata Prof Rokhmin Dahuri.