Rabu 14 Aug 2019 10:25 WIB

Kadin: Permintaan Jasa Bakal Lebih Tinggi Ketimbang Barang

Indonesia membutuhan volume investasi yang sangat besar untuk mendukung sektor jasa

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
transaksi online
transaksi online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi tren konsumsi ke depan akan lebih didominasi oleh sektor jasa daripada sektor barang. Hal itu seiring dengan era digitalisasi yang akan makin berkembang dan diisi oleh generasi milenial.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah yang ditargetkan tahun 2023 belum tentu akan meningkatkan pola konsumsi yang drastis. Meski pendapatan per kapita stabil meningkat,  pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir stabil di kisaran 5,1-5,2 persen.

Baca Juga

Namun, Shinta berpendapat, akan terdapat peningkatan konsumsi pada sektor jasa. Hal itu karena pola konsumsi ke depan akan didominasi dengan hal-hal yang bersifat pengalaman atau experienced-based yang berkaitan dengan gaya hidup. Pola konsumsi itu akan diisi oleh generasi digital yang pelakunya merupakan milenial.

"Demand konsumsi jasa yang akan meningkat, sementara demand untuk barang belum tentu meningkat," kata Shinta kepada Republika.co.id, Selasa (14/8).

Melihat peluang pasar sektor jasa tersebut, Shinta memperkirakan dibutuhkan investasi untuk sektor jasa pendukung digitalisasi. Seperti misalnya energi, telekomunikasi, transportasi, tourism, jasa keuangan, dan infrastruktur lainnya. "Sayangnya, saat ini investasi di sektor tersebut masih terbatas karena regulasi yang terlalu ketat," kata dia.

Shinta menegaskan, Indonesia ke depan membutuhan volume investasi yang sangat besar bahkan tidak terhitung untuk mendukung pengembangan sektor jasa. Seperti misalnya infrastruktur menara telkomunikasi, pembangkit listrik, serta jaringan-jaringan distribusi energi yang baru.

"Intinya, untuk bisa memberikan pelayanan jasa memuaskan bagi 260 juta masyarakat Indonesia," ujarnya.

Melihat besarnya kebutuhan itu, dia mengatakan, investasi dari pemerintah dan pelaku usaha dalam negeri dipastikan kurang. Apalagi, untuk mengejar penyediaan suplai jasa yang lebih efisien dan kompetitif pada tahun 2023 mendatang.

Menurutnya, diperlukan aliran investasi asing untuk membantu kebutuhan Indonesia memperbesar sektor jasa. Prediksi mengenai sektor jasa yang akan melampaui sektor barang juga akan berdampak pada kebutuhan tenaga kerja. Karena itu, ada potensi penyerapan tenagakerja sektor manufaktur akan berkurang.

Masalahnya, kata Shinta, industri jasa hanya akan menyerap tenaga kerja terlatih atau terdidik. "Jadi, mau tidak mau pekerja kita harus menjadi tenaga kerja terlatih dan terdidik. Untuk itu, pelatihan-pelatihan dan vokasi amat penting kita lakukan sejak sekarang agar dampaknya bisa dirasakan 5-10 tahun ke depan," paparnya.

Ia menilai, langkah pemerintah hingga saat ini sudah cukup baik dalam mendukung peningkatan kapasitas SDM. Hanya saja, pemerintah perlu fokus dan tidak sekadar mengejar penambahan jumlah tenaga kerja.

Sebab, kata Shinta, di masa yang akan datang, kualitas tenaga kerja menjadi prioritas, baru kuantitas yang tersedia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement