REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menyebut terjadi perubahan cara masyarakat khususnya generasi milenial saat membeli rumah. Saat ini generasi milenial lebih menyukai sistem penyewaan hunian ketimbang membeli hunian tempat tinggal.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan perseroan telah memberikan fasilitas perumahan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yakni KPR subsidi dan KPR nonsubsidi. Tercatat permintaan KPR subsidi meningkat sekitar 20 persen hingga 30 persen sedangkan KPR nonsubsidi meningkat tipis di bawah 10 persen.
“Saat ini banyak masyarakat khususnya milenial berubah cara berbudayanya, lebih mementingkan kehidupannya untuk sesaat saja, beda dengan masyarakat dulu di mana yang dicari adalah sewa apartemen dan sewa hunian lainnya,” ujarnya usai acara Implementasi Integrated Governance, Risk, and Compliance (iGRC) dan Penerapan Program PROFIT di Menara Bank BTN, Jakarta, Selasa (13/8).
Menurutnya saat ini backlog perumahaan masih tinggi lantaran faktor inflasi, valutas asing yang terus bergejolak. Diharapkan pemerintah baru akan mengatasi permasalahan tersebut secara spesifik.
Di sisi lain, pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia turut berdampak pada pangsa pasar properti. Setidaknya, memudahkan permintaan KPR dari unser yang diimbangi dengan perizinan mendirikan perumahan.
“BI Rate turun sehingga permudahan permintaan KPR dari unser akan mudah, masalah rumah itu memengaruhi 173 sektor industri. Jika perumahan tumbuh maka industri lainnya akan tumbuh,” ucapnya.
Dalam kesempatan sama, pada hari ini Bank BTN menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengimplementasikan aksi pencegahan korupsi. Adapun kerja sama tersebut merupakan kelanjutan dari penandatanganan komitmen antara perseroan dengan KPK pada 2014.
“Kami mendukung penuh budaya antikorupsi. Sejak awal kami menginginkan tata kelola perusahaan yang baik menuju kinerja yang membaik,” ucapnya.