REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebutkan, pihaknya mendorong sedikit reframing atau melakukan definisi kembali investor. Selama ini, pemerintah hanya terfous pada investor berskala besar. Padahal, investor kecil juga sebenarnya memiliki potensi besar untuk membantu mendorong ekonomi.
Dalam lima tahun terakhir, Lembong menjelaskan, BKPM fokus mengejar target yang besar sekali untuk menambal defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Dari Rp 300 triliun, kini target tersebut kembali naik menjadi mendekati Rp 800 triliun.
"Jadi, tentunya kita terpaksa berburu ‘gajah’ investasi mega proyek demi kejar target," tuturnya dalam acara Seminar Nasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat (9/8).
Lembong mengatakan, investor dengan skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat bermain di banyak sektor. Terutama pariwisata yang kini tidak membutuhkan nilai investasi terlalu besar. Bahkan, kini sudah banyak wirausaha kecil yang membangun hotel bintang dua dan tiga di daerah strategis.
Lembong menuturkan, investor kecil ini yang harus lebih diperhatikan. Terlebih, mereka memiliki skala ekonomi yang belum besar. Dampaknya, mereka jadi sulit bersaing dengan investor besar yang memiliki uang dan menggunakan jasa konsultan ataupun lobby atas peraturan yang tumpang tindih.
Saat ini, Lembong mengakui, pihaknya merasa nyaman dengan tren Penanaman Modal Asing (PMA) yang diprediksi akan tumbuh double digit hingga akhir tahun. Sekarang, poin yang harus digali lebih dalam adalah investor berskala kecil. "Terutama mereka yang di sektor jasa dan padat karya yang memberikan lapangan kerja," katanya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, perbaikan kondisi ekonomi Indonesia saat ini dapat dilakukan dengan prioritas ke tiga sektor. Pertama, manufaktur, terutama subsektor garmen, alas kaki, elektronik dan manufaktur. Guna mendongkrak sektor ini, BI berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah dan dunia usaha.
Perry melihat, manufaktur memiliki potensi besar untuk menghasilkan surplus pada neraca dagang. Tidak hanya menghasilkan devisa, juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan. "Komoditas dan subsektor ini yang harus kita keroyokin," ujarnya.
Sektor kedua adalah pariwisata. Saat ini, pemerntah telah menetapkan 10 destinasi pariwisata prioritas yang harus didorong untuk menjadi Bali baru. Perry menjelaskan, berbagai pemangku kepentingan harus ‘keroyokan’ mendorong sektor ini dengan pemerataan akses, amenities dan attracition.
Sektor ketiga yang disebutkan Perry adalah kelautan dan perikanan. Kini, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hasil perairan Indonesia sudah semakin berkualitas. "Banyak produk mereka yang kalau kita lakukan transformasi, maka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ucapnya.