REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bloomberg News melaporkan pada Kamis (8/8) terkait kemungkinan Amerika Serikat (AS) memasuki resesi ekonomi dalam 12 bulan ke depan. Ekonom memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2,3 persen tahun ini.
Kemungkinan ini diperoleh dari survei yang dilakukan pada Agustus terhadap ekonom. Survei tersebut menyebutkan, kemungkinan resesi telah meningkat menjadi 35 persen.
Menurut survei yang dilakukan Bloomberg pada 2-7 Agustus, para ekonom yang disurvei juga menurunkan estimasi mereka untuk ekspansi ekonomi AS tahun ini. Rata-rata, mereka memperkirakan pertumbuhan 2,3 persen dalam produk domestik bruto (PDB) untuk tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan Juli sebesar 2,5 persen.
Mereka juga memperkirakan pertumbuhan PDB melambat menjadi 1,8 persen pada kuartal ketiga, dari 3,1 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini. Mengenai pertumbuhan global untuk tahun ini, para ekonom memangkas perkiraan mereka dari 3,3 persen menjadi 3,2 persen.
Hasil survei itu muncul setelah Presiden Donald Trump mengumumkan pekan lalu bahwa tarif tambahan 10 persen akan dikenakan terhadap sekitar 300 miliar dolar AS barang-barang impor dari Cina. Sementara itu, Indeks Kenyamanan Konsumen Bloomberg turun 1,8 poin menjadi 62,9 pada pekan yang berakhir 4 Agustus, Bloomberg melaporkan mengutip data yang dirilis Kamis. Angka terbaru, tambahnya, adalah yang terlemah dalam hampir dua bulan.
Selain itu, survei juga menunjukkan para ekonom memperkirakan penurunan suku bunga berikutnya oleh Federal Reserve akan terjadi pada September, berlawanan dengan proyeksi Desember sebelumnya. Ekonom memperkirakan penurunan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan kebijakan Fed 17-18 September yang akan membawa kisaran target suku bunga menjadi 1,75 persen hingga 2,00 persen sebagai yang paling mungkin.