REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Giat ekspor produk pertanian oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dalam paya meningkatkan produk ekspor dengan menggali produk-produk ekspor baru dan mendorong tumbuhnya eksportir milenial menjadi trobosan yang dilakukan oleh Kememtan saat ini.
Semangat Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam menggenjot ekspor produk pertanian perlu didukung penuh. Upaya strategis peningkatan dan percepatan ekspor komoditas pertanian menjadi modal bagi bangsa Indonesia.
“Selain itu kita beruntung bahwa bangsa ini dianugerahi kekayaan alam yang melimpah, terutama hasil pertanian,” sebut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, Jakarta, Rabu (7/8).
Kementan ingin meningkatkan jumlah eksportir di kalangan generasi milenial. Caranya mendorong kreativitas generasi muda dalam meningkatkan produksi yang layak ekspor.
"Kita gerakan petani Milenial melalui Balai-Balai Pelatihan Pertanian serta Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang Kementan miliki. Kita ciptakan Job Seeker dan Job Creator yang siap mengguncang dunia dengan kreatifitas dan produktivitas generasi milenial pertanian Indonesia," ucap Dedi.
Dedi juga mengatakan bahwa kaum milenial akan didukung untuk dapat meningkatkan diiversifikasi atau keberagaman komoditas/produk dengan minimal produk setengah jadi bahkan sampai jadi.
"Sesuai dengan instruksi Menteri Pertanian, bahwa BPPSDMP akan terus melakukan upaya khusus untuk menciptakan generasi muda milenial di sektor pertanian , " tutur Dedi.
Kementan saat ini sudah memiliki enam Polbangtan diantaranya: Polbangtan Medan, Polbangtan Bogor, Polbangtan Yogyakarta –Magelang, Polbangtan Malang, Polbangtan Gowa, dan Polbangtan Manokwari. Sebentar lagi kita memiliki Politeknik Enjinering Pertanian (PEPI). Lulusan-lulusan Polbangtan ini yang kita cetak untuk menjadi Job Seeker dan Job Creator di Pertanian.
Polbangtan dan PEPI merupakan Lembaga Pendidikan vokasi pertanian yang diarahkan menjadi world class univerisities untuk mempersiapkan tenaga kerja pertanian yang siap kerja (job seeker) maupun siap menjadi wirausaha pertanian (job creator). Di mana saat ini terjadi pergeseran paradigma lulusan, tidak lagi based on supply melainkan demand driven, mewadahi adanya wacana terkait regenerasi petani dan peningkatan minat generasi muda milenial berkecimpung di sektor pertanian.
"Balai pelatihan yang kita miliki juga akan didorong untuk mencetak petani-petani muda handal yang siap membantu menambah pundi-pundi devisa negara dengan ekspor produk-produk pertanian," ungkap Dedi.
Tentu saja, peningkatan kualitas dan kuantitas generasi muda pertanian milenial selaras dengan visi Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produksi dan daya saing pertanian berorientasi ekspor serta mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045, berbasis sumber daya lokal, dengan penekanan pada pengembangan komoditas strategis pertanian yaitu padi, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai, sapi, tebu, kakao, kopi dan rempah lainnya.
Dedi juga menekankan bahwa di era keterbukaan informasi pada industri 4.0, sistem informasi pertanian dan mekanisasi pertanian menjadi tools yang sangat strategis bagi Polbangtan dan PEPI serta Balai Pelatihan yang Kementan miliki dalam upaya menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap teknologi, yang siap terjun ke dunia kerja dan wirausaha agribisnis, berorientasi ekspor serta menjadi agents of changes dalam pembangunan pertanian, utamanya penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian.
"Pengembangan sistem informasi pertanian (ICT, IoT, artificial intelligent) diperuntukkan bagi kepentingan penyebaran informasi baik secara internal maupun secara eksternal dengan maksud memberikan layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat dan kekinian yang dapat mendukung institusi dalam pengambilan keputusan," tutup Dedi.