REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pertanian yang mengalami kenaikan signifikan. Kenaikan ini bahkan berlangsung sejak empat setengah tahun terakhir. Catatan tahun 2017 dan 2018 misalnya, PDB saat itu nyatanya tumbuh sebesar 3,7 persen atau melampaui target yang ditetapkan, yakni sebesar 3,5 persen.
"Kenaikan juga terjadi pada awal tahun 2019 Triwulan II, dimana PDB Sektor Pertanian tumbuh sebesar 5,41 persen tanpa Kehutanan dan Perikanan. Angka ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan Triwulan II tahun 2017 dan 2018 yang tumbuh masing-masing 3,00 persen dan 5,01 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto, Kamis (8/8).
Peningkatan tahun ini meliputi semua PDB subsektor seperti tanaman pangan yang tumbuh 5,13 persen, Hortikultura 6,11 persen, Perkebunan 4,45 persen dan Peternakan 7,78 persen. Suhariyanto mengatakan bahwa pertumbuhan di Triwulan II tahun-tahun sebelumnya menunjukkan kinerja pertanian berjalan baik. Terlebih pada bagian subsektor tanaman pangan yang secara tidak langsung berdampak pada sisi produksi dan ketersediaan pangan dalam negeri.
"Membaiknya kinerja dan pertumbuhan PDB Sektor Pertanian pada Triwulan II ini menyebabkan kontribusi PDB Sektor Pertanian terhadap PDB Nasional membaik dan menduduki urutan kedua dibawah Sektor Industri, dan atas perdagangan, kontruksi serta pertambangan," katanya.
Program dan kebijakan yang tepat
Presiden didampingi sejumlah pejabat menyiram tanaman kopra.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, mengatakan semua peningkatan yang dicapai ini tidak terlepas dari keberhasilan Pemerintah dalam meningkatkan produksi pertanian dengan program dan kebijakan yang tepat dan terukur.
"Pada Subsektor Tanaman Pangan, program terobosan UPSUS Pajale mampu meningkatkan produksi padi dan jagung secara signifikan," katanya.
Dalam Subsektor Hortikultura, Pemerintah juga terus mendorong peningkatan produksi hortikultura melalui bantuan benih unggul dan kebijakan pengendalian impor.
"Pada subsektor peternakan, kami memacu peningkatan produksi dan populasi ternak sapi dan kerbau melalui program Upsus SIWAB (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) sehingga mampu meningkatkan populasi ternak hampir 3,8 juta ekor," katanya.
Di samping itu, Kementan juga menyiapkan program terobosan jangka panjang selama 5 tahun ke depan. Program itu ialah Bun500 untuk penyediaan sebanyak 500 juta batang benih unggul perkebunan.
"Semua upaya ini untuk meningkatkan produktivitas perkebunan menjadi berlipat-lipat," katanya.
Kuntoro menambahkan, program dan kebijakan pembangunan pertanian saat ini secara tidak langsung juga mampu mendongkrak dan berkontribusi nyata pada pertumbuhan ekonomi nasional. Rentetan catatan kenaikan ini bisa dilihat dari periode 2013-2017, di mana akumulasi tambahan nilai PDB mampu mencaoai Rp 1.375 triliun atau naik 47 persen.
"Selain tumbuh positif, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis. Ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. Sektor pertanian menjadi semakin penting karena turut berperan pada terkendalinya inflasi dan penurunan jumlah penduduk miskin," tukasnya.