Kamis 08 Aug 2019 11:10 WIB

Temui Mahathir, Jokowi akan Bahas Diskriminasi Sawit

Diskriminasi kelapa sawit diyakini akan berdampak negatif terhadap program pemerintah

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak goreng dan diekspor ke berbagai negara
Foto: Humas Kementan
Kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak goreng dan diekspor ke berbagai negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan bertolak ke Kuala Lumpur, Malaysia pada Kamis (8/8) sore ini. Jokowi akan terbang dari Bandara Internasional Ngurah Rai seusai menghadiri Kongres PDI Perjuangan di Bali, siang ini.

Sejumlah topik pertemuan bilateral akan dibahas Jokowi bersama Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohammad. Salah satu yang terpenting adalah isu diskriminasi komoditas minyak kelapa sawit oleh Uni Eropa. Diketahui, Indonesia dan Malaysia menjadi negara paling terdampak atas kebijakan diskriminasi produk yang diterbitkan Eropa ini.

Baca Juga

"(Pembicaraan) termasuk mengenai diskriminasi minyak kelapa sawit kita itu yang utama," ujar Jokowi usai meresmikan gedung baru Sekretariat ASEAN di Jakarta, Kamis (8/8).

Diketahui, kebijakan diskriminatif oleh Komisi Eropa melalui penerbitan Delegated Regulation yang merupakan turunan dari Renewable Energy Directive II (RED II) menempatkan kelapa sawit sebagai komoditas berisiko tinggi terhadap kerusakan hutan (deforestasi) / indirect land-use change (ILUC) (Delegated Regulation/DR Article 3 and Annex).

Gangguan dan diskriminasi kelapa sawit diyakini akan berdampak negatif terhadap program pemerintah. Dalam hal ini, program pengentasan kemiskinan dan menghambat pencapaian Indonesia dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Selain soal sawit, pertemuan Jokowi dan Tun M akan akan membahas isu lain, di antaranya tentang akses pendidikan untuk anak-anak pekerja migran Indonesia di Malaysia, kemajuan negosiasi perbatasan baik darat maupun laut, dan isu-isu lain yang sifatnya lebih kompleks menyangkut hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement