REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) optimistis tren permintaan minyak kelapa sawit bakal terus mengalami peningkatan seiring situasi krisis energi global. Kenaikan permintaan itu akan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia sebagai produsen sawit dunia.
Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono, mengatakan, sepanjang tahun ini industri sawit menikmati kinerja positif. Pasalnya, harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) mencatat rekor karena lebih dari 1.000 dolar AS per metrik ton (MT). Kenaikan harga itu juga didorong oleh peningkatan permintaan secara global terhadap minyak sawit.
"Seiring masuknya fase pemulihan di berbagai negara, permintaan minyak nabati akan naik. Permintaan diperkirakan akan terus naik terutama karena krisis energi di sejumlah negara," kata Joko dalam Indonesia Palm Oil Conference 2021 yang digelar secara virtual, Rabu (1/12).
Ia mengatakan, bahan bakar biodiesel yang menggunakan minyak sawit sebagai komponen bahan baku telah menjadi energi alternatif untuk mengatasi krisis energi saat ini. Namun, terkait tren harga ke depan, industri belum dapat memproyeksi secara tepat.
Meski begitu permintaan sawit untuk pasar dalam negeri setidaknya akan terus mengalami kenaikan. Salah satunya karena konsistensi pemerintah menjalankan mandat penggunaan bahan bakar biodiesel B30.
Program tersebut, kata Joko telah membantu stabilisasi konsumsi sawit di pasar domestik bahkan cenderung meningkat. "Industri sawit optimistis dengan keberlangsungan bisnis ke depan seiring dengan kenormalan baru. Kami menyambut peluang 2022 karena Indonesia akan melanjutkan pemulihan ekonomi," ujar Joko.