Kamis 08 Aug 2019 08:14 WIB

Kontribusi Gojek ke Perekonomian Capai Rp 55 Triliun

Mitra Gojek memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang.

Rep: Annisa Nurfitriyani(Warta Ekonomi)/ Red: Annisa Nurfitriyani(Warta Ekonomi)
Waw, Kontribusi Gojek ke Perekonomian Capai Rp55 Triliun. (FOTO: Reuters/Beawiharta)
Waw, Kontribusi Gojek ke Perekonomian Capai Rp55 Triliun. (FOTO: Reuters/Beawiharta)

Kontribusi ekosistem Gojek terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp 55 triliun. Layanan yang dihadirkan aplikasi karya anak bangsa itu merepresentasikan istilah Society 5.0 yang akan berkembang di masa mendatang.

 

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mengumumkan kontribusi Gojek sebesar Rp 55 triliun itu mengukur 100 persen mitra aktif saat ini. Dihitung berdasarkan kontribusi sepanjang 2018.

 

”Sebelumnya pernah kami umumkan bahwa kontribusi Gojek sebesar Rp 44,2 triliun pada 2018 yang merupakan cerminan dari 75 persen mitra aktif. Tapi jika diukur 100 persen maka sebesar Rp 55 triliun,” ungkap Kepala LD FEB UI, Turro S. Wongkaren, dalam paparan riset kualitatif berjudul ‘Makna Kerja, Tingkat Kepuasan, dan Well-Being Mitra Gojek Indonesia,” di Jakarta, Rabu (7/8/2019). 

 

Baca Juga: Seberapa Besar Tingkat Kebahagiaan Mitra Gojek? Ini Kata Lembaga Riset UI

 

Rentang kontribusi antara Rp 44,5 triliun (75%) sampai Rp 55 triliun (100%) menurutnya merupakan hal biasa dilakukan lembaga riset. Hal tersebut dilakukan untuk memaparkan angka konservatif dan angka optimistis.

 

”Seperti dilakukan Tenggara dan CSIS yang mengukur kontribusi Grab (Rp 48 triliun), itu angka 100 persen. Maka kalau mau membandingkan ya dengan angka 100 persen juga,” terusnya.

 

Besarnya kontribusi Gojek tersebut, Turro menambahkan, tidak terlepas dari penerapan istilah Society 5.0 karena mengantarkan beragam layanan secara langsung sesuai kebutuhan konsumen. ”Society atau masyarakat 5.0 ini hal berbeda dengan Industry 4.0. Society 5.0 memfokuskan pada sisi demand dan bagaimana kebutuhan itu bisa dilayani dengan teknologi. Itu berkembang di Jepang,” terangnya.

 

Baca Juga: Tampung Aspirasi Mitra Driver, Manajemen Gojek Lakukan Ini

 

Hal tersebut menurutnya tercermin dari layanan dalam ekosistem Gojek. Turro mencontohkan, bagaimana layanan pembersih rumah ke konsumen, layanan bengkel, dan layanan lainnya secara langsung ke konsumen. ”Dengan begitu Gojek ini membuat mereka yang sebelumnya tidak kepikiran bekerja menjadi mau bekerja. Misalnya ibu rumah tangga dan mahasiswa. Sebab ada independensi dalam menentukan waktu bekerja,” paparnya.

 

Peneliti LD FEB UI, Bagus Takwin, memaparkan mitra Gojek memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang. ”Mereka melihat hidup menjadi lebih bermakna dengan menjadi mitra Gojek. Bisa membantu banyak orang dan menebar kebaikan,” ulasnya.

 

Berdasarkan pengukuran kepuasan hidup mitra yang menggunakan instrumen The Satisfaction with Life Scale (SWL) dari Pavot dan Diener (2013), skor rata-rata kebahagiaan mitra yang ditemukan penelitian LD FEB UI adalah 24,3 dari skala maksimal 35.”Artinya, secara umum mitra Gojek tergolong cukup puas dengan hidupnya menjadi lebih baik dan merasa bahagia,” ujarnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement