Rabu 07 Aug 2019 14:28 WIB

BI Isyaratkan Kebijakan Moneter Longgar dalam Jangka Panjang

Kebijakan moneter yang longgar mampu menarik masuknya investasi langsung.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kanan) memberikan ucapan selamat kepada Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti (kiri) seusai pelantikan di Gedung MA, Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kanan) memberikan ucapan selamat kepada Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti (kiri) seusai pelantikan di Gedung MA, Jakarta, Rabu (7/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memberi isyarat pelonggaran kebijakan moneter akan diterapkan dalam jangka panjang. Hal ini seiring dengan stabilitas perekonomian domestik yang masih terjaga.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan pelonggaran kebijakan moneter akan dilakukan melalui instrumen suku bunga acuan maupun likuiditas. "Kami ingin mendorong investasi, kemarin sudah diturunkan GWM (Giro Wajib Minimum) rupiah dan juga suku bunga. Nampaknya kita lihat easing monetary policy (kebijakan moneter longgar) dalam jangka panjang," ujarnya usai pelantikan di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (7/8).

Baca Juga

Menurutnya kebijakan moneter yang longgar mampu menarik masuknya investasi langsung, yang bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, Bank Indonesia akan berupaya mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. 

"Jadi berbagai macam bauran akan dilakukan oleh Bank Indonesia dan sejauh ini sudah dilakukan dengan baik," ucapnya.

Destry mengaku saat ini tekanan ekonomi global masih berpotensi meningkat karena imbas perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Namun Destry memastikan bank sentral akan selalu berjaga untuk melakukan stabilisasi harga instrumen keuangan di pasar. 

"Pasar tidak perlu panik sebab guncangan sifatnya sesaat, tapi tetap saja Bank Indonesia akan selalu berada di pasar untuk mewaspadai pergerakan atau instabilitas yang terjadi di sektor keuangan," jelasnya.

Bank Indonesia juga memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal dua 2019 masih solid. Meskipun, saat ini pertumbuhan ekonomi melambat jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

"Alhamdulillah memang pertumbuhan ekonomi kuartal kedua cukup solid walau sedikit melambat dibandingkan kuartal pertama," ungkapnya.

Destry menyebut komponen konsumsi masyarakat masih mendominasi pertumbuhan kuartal dua tahun ini, sektor konsumsi mampu tumbuh 5,2 persen. 

"Hanya mungkin kita perlu mendorong investasi dan konsumsi, dua itu saja kalau kita fokus pertumbuhannya bisa signifikan karena itu menyumbang 80 persen pertumbuhan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement