Jumat 02 Aug 2019 17:41 WIB

Bappenas Dukung Kementan Kembangkan Nanoforifikasi

Aplikasi nanoteknologi mendukung aspek hulu dan hilir pertanian.

Red: EH Ismail
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mengembangkan padi, jagung, kedelai (pajale) di lahan sawit yang berada di Kebun Sarolangun, Jambi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mengembangkan padi, jagung, kedelai (pajale) di lahan sawit yang berada di Kebun Sarolangun, Jambi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bappenas melalui Direktorat Pangan dan Pertanian mendukung riset yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pascapanen Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) terkait nanoteknologi. Aplikasi nanoteknologi dipastikan dapat mendukung pembangunan di bidang pangan dan pertanian, yakni mengatasi stunting.

 

 

“Ini sejalan dengan program prioritas biofortifikasi dan fortifikasi pangan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, red) 2020-2014,” kata Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas, Anang Noegroho dalam rapat penyusunan rancangan awal RPJMN 2020-2024 di Surabaya.

 

Anang menegaskan pembangunan pertanian perlu didukung oleh iptek yang kuat. Salah satu dukungan yang diharapkan adalah aplikasi nanoteknologi. Untuk itu, agar segera dilakukan penyusunan rancangan aplikasi nanofortifikasi untuk mengatasi stunting yang akan dimasukkan ke dalam program prioritas.

 

Selain itu, diharapkan pula agar aplikasi nanoteknologi lainnya seperti nanobiosilika sebagai pupuk serta nanobiopestisida juga dapat disusun rancangannya untuk mendukung produktivitas tanaman pangan.

 

Harapannya, aplikasi nanoteknologi mendukung aspek hulu dan hilir pertanian. Sehingga dapat meningkatkan keragaman dan kompleksitas produk pertanian yang memiliki nilai tambah lebih besar. Diharapkan dapat segera disusun roadmap pengembangan produk nanoteknologi dengan kompleksitas produk yang tinggi,” tegasnya.

 

Di tempat yang sama, peneliti Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Sri Yuliani,  selaku narasumber pada rapat tersebut memaparkan pengenalan nanoteknologi. Aplikasinya pada bidang pangan dan pertanian. Status pengembangan nanoteknologi Indonesia di dunia. Aspek keamanan nanoteknologi. Perkembangan riset nanoteknologi di Balitbangtan serta fasilitas laboratorium nanoteknologi yang dimiliki Balitbangtan.

 

Beberapa riset yang telah dikembangkan di antaranya adalah nanofortifikasi pangan, nanobiosilika dari sekam padi, nanobiopestisida, nanoselulosa dari limbah biomasa pertanian, serta nanocoating dan nanozeolit untuk penanganan buah segar.

 

“Kami mengapresiasi dukungan dari Bappenas untuk mengembangkan aplikasi nanoteknologi dalam mengatasi stunting. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sangat fokus menyelesaikan stunting,” bebernya.

 

Sebab, stunting menjadi ancaman serius bagi pembangunan sumber daya manusia di masa mendatang. Sehingga berdampak pada pembangunan pertanian. Karena itu, Kementan fokus wujudkan swasembada protein dan menciptakan petani milenial.

 

 Perlu diketahui, untuk mematangkan rancangan aplikasi nanoteknologi pada bidang pangan dan pertanian yang akan dimasukkan ke dalam RPJMN 2020-2024, beberapa pertemuan akan dilaksanakan dalam 2 hingga 3 bulan le depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement