REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif 10 persen terhadap sisa impor Cina senilai 30 miliar dolar AS mulai September akan berdampak negatif terhadap masyarakat. Sebab, kebijakan tersebut secara langsung akan memaksa harga produk konsumen di AS naik.
Dampak tersebut diproyeksikan empat kelompok perdagangan ritel besar di AS pada Kamis (1/8) waktu setempat. Di sisi lain, mereka juga memprediksi, kebijakan penerapan tarif tambahan Trump akan menurunkan jumlah lapangan kerja sehingga berpotensi meningkatkan pengangguran.
Diketahui, pada Kamis, Trump menyampaikan rencana untuk memberlakukan tarif baru kepada Cina. Dilansir di Reuters, Jumat (2/8), rencana itu disampaikan Trump setelah negosiator AS dan Cina gagal melakukan pembicaraan perdagangan secara kondusif.
Federasi Retail Nasional (NRF) yang menaungi Walmart Inc dan Amazon.com Inc menyebutkan, keputusan Trump untuk mengenakan tarif baru merupakan strategi cacat. Nantinya, kebijakan tersebut justru akan merugikan konsumen AS.
"Kami kecewa pemerintah menggandakan strategi tarif yang buruk ini yang sebenarnya sudah memperlambat pertumbuhan ekonomi AS, menciptakan ketidakpastian dan menghambat investasi," tutur wakil direktur senior untuk hubungan pemerintah NRF David French dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Walmart yang tercatat sebagai pengecer terbesar di dunia sudah melakukan upaya untuk menahan harga produk saat pemberlakuan tarif impor pertama. Salah satunya dengan mencoba mendapatkan produk dari berbagai negara dan bekerja sama dengan para pemasok.
Sementara itu, kelompok perdagangan berpengaruh lainnya, Asosiasi Pemimpin Industri Ritel (RILA) mengatakan, tarif hanya akan menaikkan harga barang sehari-hari. Di antaranya pakaian, mainan, barang rumah tangga dan elektronik. Target Corp dan Home Depot merupakan dua anggota RILA.
Wakil ketua bidang perdagangan internasional RILA, Hun Quach, menyebutkan bahwa tarif 10 persen akan memeberikan pukulan langsung pada produk konsumen dan pengeluaran rumah tangga.
"Keluarga Amerika tidak boleh menjadi pion dalam perang dagang ini," katanya.
Asosiasi lain, Distributor Alas Kaki dan Ritel Amerika menyebutkan, tarif dapat berdampak pada perekrutan tenaga kerja. "Pada dasarnya, Presiden Trump menggunakan masyarakat AS sebagai sandera dalam negosiasi perang dagangnya," ucap ketua kelompok tersebut, Matt Priest.
Suara serupa turut disampaikan Stephen Lamar, wakil direktur eksekutif Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki Amerika. Ia menggambarkan, tarif Trump akan sangat mengganggu ekonomi dalam negeri. Ia juga menyebutkan keterkejutan para anggota terhadap keinginan Trump untuk tidak melanjutkan perundingan perdagangan.
Lamar memperkirakan, penerapan tarif akan ‘menghantam’ konsumen AS lebih besar dibanding dengan produsen Cina. Sebab, Negeri Tirai Bambu itu memproduksi 42 persen pakaian dan 69 persen alas kaki untuk kemudian diekspor ke AS.