Kamis 01 Aug 2019 14:20 WIB

Pertumbuhan Industri Manufaktur Indonesia Melambat

Industri manufaktur sedang dan besar tumbuh 3,62 persen pada kuartal II 2019

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Industri manufaktur
Foto: Prayogi/Republika
Industri manufaktur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang mengalami perlambatan pada kuartal kedua 2019 dibanding dengan kondisi dua tahun terakhir. Penyebabnya, kinerja industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang turun drastis.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun ini, pertumbuhan industri manufaktur sedang dan besar adalah 3,62 persen. Sedangkan, kuartal kedua 2018 mampu mencapai 4,36 persen dan tahun 2017 menyentuh angka 3,89 persen.

Baca Juga

"Trennya agak menurun tapi ini masih kuartal kedua," tutur Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8).

Salah satu penyebab perlambatan tersebut adalah penurunan produksi di sejumlah jenis industri manufaktur. Industri barang logam, bukan mesin dan peralatan menjadi jenis dengan penurunan paling signifikan pada kuartal kedua Juli, yaitu hingga 21,46 persen dibanding dengan kuartal kedua tahun lalu.

Suhariyanto mengatakan, penurunan kinerja industri logam sebenarnya sudah terdeteksi sejak beberapa bulan lalu melalui kinerja ekspor. "Di mana, penurunan ekspor untuk produk dari industri ini turun," ucapnya.

Selain itu, industri karet, barang dari karet dan plastik juga mengalami pertumbuhan negatif 15,30 persen. Suhariyanto menjelaskan, penyebabnya adalah terjadi wabah penyakit di beberapa daerah. Sementara itu, harga karet sedang tidak menggembirakan yang turut berdampak pada penurunan kinerja ekspor karet, baik dari sisi volume maupun harga.

Di sisi lain, industri pakaian jadi mengalami pertumbuhan positif hingga 25,79 persen pada kuartal kedua 2019. Suhariyanto menyebutkan, kinerja ekspor produk dari industri ini pun masih positif. "Terutama ke Amerika yang masih mengalami peningkatan," katanya.

Pada tingkat provinsi, pertumbuhan produksi tertinggi pada industri besar dan sedang kuartal kedua 2019 dialami oleh Nusa Tenggara Barat (NTB) yang naik 42,22 persen. Kalimantan Barat berada di posisi berikutnya dengan nilai naik 34,37 persen.

Kontras dengan dua daerah itu, Jambi dan Maluku Utara menghadapi penurunan produksi industri manufaktur besar dan sedang yang paling tinggi. Tingkat penurunannya masing-masing adalah 47,28 persen dan 38.38 persen terhadap kuartal kedua tahun lalu.

Berbeda dengan industri manufaktur besar dan sedang, industri manufaktur mikro dan kecil justru memperlihatkan pertumbuhan positif. Pertumbuhan kuartal kedua 2019 dibandingkan tahun lalu  adalah 5,52 persen. Sedangkan pertumbuhan pada 2018 adalah 4,93 persen dan 2,50 persen pada 2017.

Pertumbuhan positif terjadi pada industri komputer, barang elektronika dan optik yang naik 17,74 persen. Sedangkan, pertumbuhan negatif terbesar adalah industri logam dasar dan industri mesin dan perlengkapan yang masing-masing turun 26,09 persen dan 16,63 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement