Rabu 31 Jul 2019 16:25 WIB

Unilever Investasi Rp 156 Miliar Dirikan Pabrik Daur Ulang

Pabrik daur ulang Unilever ini didirikan di Sidoarjo, Jawa Timur

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Daur Ulang Sampah
Foto: Antara/Fikri Adin
Daur Ulang Sampah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Unilever Indonesia Tbk berkomitmen untuk berkontribusi mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu mendirikan pabrik daur ulang CreaSolv.

Berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur, Unilever mendirikan pabrik ini akhir 2018 lalu dengan menelan investasi sebesar 10 juta Euro atau setara Rp 156 miliar. Perusahaan menyebut pabrik ini satu-satunya yang memiliki teknologi daur ulang plastik kemasan sachet.

Baca Juga

Kepala Pabrik CreaSolv Unilever Indonesia, Tri Sabron, mengakui salah satu yang menjadi tantangan daur ulang di Indonesia adalah sampahnya masih belum terpilah. "Oleh karena itu kami gandeng 400 bank sampah untuk mendapatkan sampah plastik kemasan yang sudah bersih," ujar Tri, Rabu (31/7).

Head of Corporate Communications Unilever Indonesia Maria Dewantini Dwianto mengatakan pendirian pabrik ini merupakan bagian dari pengembangan model bisnis baru yang mendukung ekonomi sirkular. Model bisnis yang dimaksud memanfaatkan kembali kemasan yang sudah dipakai menjadi kemasan baru. 

Dia menyebut teknologi Creasolv memiliki potensi mengurangi dampak CO2 yang dihasilkan oleh setiap 7.800 ton per tahun di tiap unit operasinya atau setara dengan 8.200 ton plastik fleksibel. Dalam konsep ekonomi sirkular, sampah kemasan plastik akan terus didaur ulang menjadi kemasan lagi sehingga tidak berakhir menjadi tumpukan sampah di alam.

"Kami sadar sebagian besar produk kami dihadirkan dalam kemasan dan banyak berakhir di alam. Tidak seharusnya produk yang isinya bermanfaat tapi kemasannya justru membahayakan ekosistem," ujar Maria.

Selain itu, dalam merancang produk Unilever terus mengembangkan penggunaan plastik secara optimal. Misalnya, dengan mengurangi berat plastik yang digunakan. Sebagai contoh, Unilever mengubah bentuk botol dan tutup kemasan produk sampo sehingga bisa mengurangi penggunaan plastik sebanyak 582 ton per tahun.

Unilever juga mengembangkan kemasan plastik yang dipakai agar dapat didaur ulang. Saat ini, perusahaan sedang melakukan uji coba penggunaan plastik daur ulang dari pabrik Creasolv untuk kemasan plastik fleksibel.

Unilever menargetkan, 100 persen kemasan plastik produknya akan dapat didaur ulang, digunakan kembali atau dapat terurai menjadi kompos pada 2025. Perusahaan juga menargetkan minimal 25 persen dari plastik yang digunakan Unilever terbuat dari plastik daur ulang.

Dalam waktu dekat, Unilever juga akan menghadirkan produk-produk ke konsumen tanpa menggunakan kemasan plastik. Unilever tengah menyiapkan bisnis model untuk kemasan tahan lama yang dapat terus diisi ulang serta menyiapkan refill station.

"Saat ini, refill station baru dimulai di Filipina. Di Indonesia juga akan segera ada satu outlet di Jakarta Selatan," kata Maria. 

Maria mengakui skema refill station memang merupakan salah satu alternatif yang banyak didengungkan. Namun, penerapan refill station membutuhkan perencanaan yang sangat matang untuk memastikan model ini dapat diterapkan dalam skala besar.

Menurut Maria, salah satu tantangan dalam menerapkan refill station di Indonesia yaitu belum ada regulasi yang menaungi model bisnis ini. "Dari pemerintah belum ada aturan karena ini model bisnis baru. Kami hanya bisa mengontrol produk sampai outlet tapi tidak bisa sampai rumah, ini yang jadi pertimbangan kami," terang Maria.

Tidak hanya itu, Unilever juga mengembangkan program Bank Sampah di Indonesia. Saat ini, perusahaan telah membangun sebanyak 2.816 unit bank sampah dan telah mengurangi sebanyak 7.779 ton sampah non organik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement