Kamis 25 Jul 2019 13:59 WIB

Terima Bos Hyundai, Presiden Bahas Pabrik Mobil Listrik

Presiden ingin menjadikan industri otomotif tumpuan utama ekspor nasional.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Indira Rezkisari
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) berbincang dengan Executive Vice Chairman Hyundai Euisun Chung (kanan) seusai melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) berbincang dengan Executive Vice Chairman Hyundai Euisun Chung (kanan) seusai melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (25/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima jajaran pimpinan Hyundai Motors Group di Istana Merdeka, Kamis (25/7). Topik yang dibahas antara pimpinan negara dengan salah satu pabrikan mobil terbesar di Korea Selatan tersebut, antara lain adalah rencana pembangunan sentra industri mobil ramah lingkungan di kawasan 'Bekapur' (Bekasi-Karawang-Purwakarta) dan Subang, Jawa Barat.

Hyundai memang melirik Indonesia sebagai lokasi pabrik mobil listrik mereka. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons positif kehadiran pimpinan Hyundai Motors pagi tadi.

Baca Juga

Presiden, ujar Airlangga, ingin menjadikan industri otomotif sebagai tumpuan utama ekspor nasional. Salah satunya dengan mendukung pembangunan pabrik mobil listrik. Sepaket dengan rencana investasi Hyundai untuk membangun pabriknya, pemerintah juga segera menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang mobil listrik.

"Jadi investasi sedang dalam studi, mereka sedang lakukan survei daripada kawasan dan permintaan terkait fiskal," ujar Airlangga usai mendampingi Presiden Jokowi menerima kunjungan pimpinan Hyundai Motors Group, Kamis (25/7).

Rencana penanaman modal Hyundai di Indonesia tentu diikuti permintaan sejumlah insentif fiskal. Airlangga mengungkapkan, pabrikan otomotif tersebut meminta adanya insentif berupa tax holiday dan kepastian kuota ekspor. Terkait skema ekspor, Airlangga menilai tidak ada kesulitan karena Indonesia telah tergabung dalam kerja sama perdagangan seperti ASEAN-Korea Selatan, ASEAN-Cina, dan ASEAN-India.

"Mereka menargetkan salah satu skemanya adalah ekspor sekitar 40 persen, nanti ke mananya belum tahu, ini masih dalam studi. (sisanya di domestik) rencananya begitu," jelas Airlangga.

Terkait regulasi, Airlangga menegaskan bahwa pemerintah segera menerbitkan Perpres Mobil Listrik. Bila Presiden Jokowi menerima kunjungan calon investor, menurut Airlangga, artinya pemerintah sudah siap dari sisi regulasi untuk menyambut investasi yang akan masuk.

"Kita tunggu Perpres turun, baru kita. Perpres itu terkait fiskal, itu ada di PPnBM, itu jadi bagian," katanya.

Sementara itu, Executive Vice Chairman Hyundai Motors Group, Euisun Chung, menambahkan bahwa pihaknya akan memastikan seluruh tahapan perencanaan investasi bisa dilakukan. Masuknya Hyundai ke Indonesia, ujar Chung, lantaran perusahaan melihat adanya komitmen pemerintah Indonesia dalam menyambut industri otomotif 4.0.

Hyundai pun berencana memasarkan mobil listrik produksi Indonesia ke ceruk pasar dunia. Target ekspor Hyundai dipasang di angka 70 persen dari total kapasitas produksi nanti.

"Mengekspor ke wilayah Indonesia sekitar 40 persen, setelah itu akan ditingkatkan (bertahap) ke 70 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement