Rabu 24 Jul 2019 13:58 WIB

AIFC Bahas Potensi Pembiayaan Syariah untuk Investasi

Setiap tahunnya dunia mengalami kekurangan pembiayaan sekitar 3 triliun dolar AS

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Director General, Country Relations and ServicePertemuan Annual Islamic Finance Conference (AIFC) keempat di JW Marriot, Surabaya, Selasa (24/7).
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Director General, Country Relations and ServicePertemuan Annual Islamic Finance Conference (AIFC) keempat di JW Marriot, Surabaya, Selasa (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Forum Annual Islamic Finance Conference (AIFC) kembali digelar di Surabaya hari ini, Rabu (24/7). Pada pertemuan keempat kali ini, forum membahas formulasi bauran antara pembiayaan syariah dan investasi yang berdampak pada kepentingan sosial masyarakat.

Bauran tersebut dibahas untuk dapat menjadi solusi kekurangan pembiayaan dalam program Suistanable Development Goals (SDGs) yang menjadi agenda dunia pada 2030 mendatang.

Baca Juga

Senior Advisor for Innovative Financing United Nations Development Program (UNDP), Joanna Manda, mengatakan, mandat utama yang diterima oleh UNDP adalah pencapaian SDGs yang bakal diterapkan 11 tahun lagi dari saat ini. Namun, hal itu tidak mudah lantaran mengalami tantangan dalam ketersediaan pembiayaan.

Berdasarkan perhitungan, setiap tahunnya dunia mengalami kekurangan pembiayaan sekitar 3 triliun dolar AS untuk program SDGs. "UNDP melihat bahwa bauran pembiayaan syariah dan investasi berdampak bisa menutupi kekurangan itu," kata Joanna di JW Marriot Surabaya.

Namun, upaya untuk membaurkan kedua unsur tersebut juga membutuhkan pembahasan formulasi lanjutan. Sebab, terdapat perbedaan mendasar antara pembiayaan berbasis syariah serta investasi yang bersifat konvensional.

"Terdapat irisan dalam share profit keduanya. Karena itu kita sedang mencari di mana bagian yang dapat bersinggungan. Kita ingin berbisnis yang imbalannya berdampak bagi kepentingan sosial. Bukan sekedar profit," kata Joanna.   

Adapun kepentingan sosial yang dituju dalam konsep bauran pembiayaan syariah dan investasi berkelanjutan yakni untuk sektor pendidikan, kesehatan, sistem sanitasi serta lingkungan hidup. Sektor-sektor itu perlu diperhatikan karena dapat menjadi jalan keluar bagi 700 juta masyarakat dunia yang saat ini hidup dalam garis kemiskinan akut.

Sementara itu, Director General, Country Relations and Services Islamic Development Bank (IDB), Walid Abdelwahab, menambahkan, sebanyak 57 bank anggota IDB membutuhkan pembiayaan sebesar 700 miliar dolar AS per tahun untuk SDGs. Namun, seiring perkembangan populasi diprediksi kebutuhan bakal melebar menjadi 2,2 miliar dolar AS per tahun pada 2030 mendatang. 

Melihat konsep bauran tersebut, setidaknya IDB melihat terdapat empat prinsip yang dapat digunakan untuk menggabungkan pembiayaan syariah dengan investasi yang berdampak pada kepentingan sosial. Pertama, kata Walid, keduanya sama-sama memiliki tujuan untuk permodalan sekaligus penyebaran dana kepada masyarakat.

Kedua, masing-masing bertujuan untuk berbuat baik dan berupaya menghindari kerugian bagi orag lain. Ketiga, gabungan dari pembiayaan syariah dan investasi dapat menyediakan akses keuangan bagi populasi dunia baik secara langsung maupun tidak langsung. Bauran itu bahkan bisa meluas untuk pembiayaan konvensional. Termasuk, untuk kebutuhan permodalan UMKM.

Terakhir, keduanya sama-sama mempromosikan kesejahteraan masyarakat. "Lebih penting lagi, baik Islam maupun para investor sama-sama berusaha untuk menciptakan nilai non-finansial yang bisa menghasilkan dampak positif bagi lingkungan dan sosial," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement