Senin 22 Jul 2019 11:06 WIB

Pertamina Gandeng Tim Ahli AS Tangani Kebocoran Sumur Migas

Untuk penanganan risiko pencemaran, Pertamina telah memobilisasi 27 kapal

Pekerja melakukan pemeriksaan instalasi di area Anjungan YYA Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (25/3/2019).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Pekerja melakukan pemeriksaan instalasi di area Anjungan YYA Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (25/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) terus melakukan upaya maksimal dalam penanganan gelembung gas di sumur migas lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Salah satunya dengan menggandeng tim dari Boot & Coots, perusahaan Amerika Serikat (AS) yang berpengalaman dalam menyelesaikan peristiwa serupa di Teluk Meksiko.

"Penanganan dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang kredibel, kompeten dan memiliki pengalaman dalam menangani kasus yang sama," kata VP Corporate Communication PT Pertamina, Fajriyah Usman dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (22/7).

Baca Juga

Ia mengatakan untuk penanganan risiko pencemaran lingkungan, Pertamina group telah memobilisasi 27 kapal dan 12 set Oil Boom. Selain itu, untuk menjaga agar tidak ada aktifitas nelayan di sekitar lokasi, Pertamina dan PHE ONWJ bekerja sama dengan TNI AL, Satpolairud, dan Pokwasmas, mengerahkan 7 unit kapal patroli.

Seluruh upaya tersebut sebagai komitmen dan keseriusan Pertamina dalam mengatasi peristiwa di sumur migas lepas pantai tersebut baik dari aspek operasional maupun lingkungan hidup.

"Prioritas utama adalah memastikan keselamatan tim dan masyarakat, serta menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitar lokasi," ujar Fajriyah.

Lebih lanjut, Fajriyah menjelaskan bahwa Pertamina dan PHE ONWJ juga terus melakukan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak seperti SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, pemerintah daerah, dinas lingkungan hidup daerah, TNI dan Polri, Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, KKKS dan berbagai instansi lainnya. Bahkan beberapa pihak tersebut juga telah melakukan peninjauan untuk memonitor situasi terkini.

"Pertamina mengucapkan terima kasih atas dukungan positif yang diberikan dari semua pihak, baik dari komunitas industri migas, pemerintah maupun masyarakat. Dukungan ini memperkuat upaya maksimal kita sehingga dapat memperkecil dampak peristiwa ini bagi operasi perusahaan maupun masyarakat dan lingkungan," kata Fajriyah.

Sebelumnya, Pertamina telah menyampaikan bahwa dari sejak awal peristiwa langsung menjalankan respons darurat, sehingga semua pekerja yang berada di anjungan tersebut langsung dievakuasi. Di waktu yang sama, juga melakukan isolasi dan pengamanan area sekitar anjungan dengan kapal patroli untuk mencegah nelayan dan masyarakat mendekat.

Selain penanganan operasi, Pertamina melalui Emergency Response Tim PHE ONWJ selama 24 jam tanpa henti telah melakukan langkah penyelamatan lingkungan dari tumpahan minyak dengan pengerahan sekitar 27 kapal dan berbagai peralatan yang mendukung seperti oil boom dan puluhan drum dispersant.

Bahkan bersama dengan warga Desa Sedari, Karawang, Jawa Barat melakukan kegiatan bersih-bersih Pantai Sedari. "Pertamina terus memantau perkembangannya dan melakukan tindakan penyelamatan lingkungan sesuai dengan kondisi di lapangan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement