REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) hingga Juni 2019 mencapai 89 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Target APBN ditetapkan sebesar dua juta barel setara minyak per hari (boepd).
“Total lifting migas sebesar 1,8 juta boepd dengan rincian lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd,” kata Dwi di Kantor SKK Migas, Jumat (19/7).
Dari angka tersebut, Dwi menargetkan lifting migas pada tahun ini diproyeksikan tercapai di semester dua 2019. Hal tersebut dikarenakan sembilan dari 11 proyek yang akan mulai berproduksi di kuartal tiga dan kuartal empat tahun ini.
Dia menambahkan saat ini terdapat 210 wilayah kerja (WK) yang memegang kontrak kerja. “Seratus diantaranya dieksplorasi, 90 eksploitasi, 20 dalam proses terminasi. Di antara 210 wilayah kerja ini, ada 42 wilayah kerja yang production sharing contract (PSC) nya gross split, lainnya cost recovery,” ujar Dwi.
Dwi menuturkan pada Juli 2019 setelah POD Blok Masela disetujui jika ditotal sampai satu tahun maka Reserve Replecement Ratio (RRR) pada 2019 bisa mencapai di atas 300 persen. Jadi, kata Dwi, RRR tidak menghawatirkan karena sudah dicapai dengan masuknya POD Masela.
“Lifting migas kita dalam posisi decline sekitar tiga persen dan sesungguhnya kalau nggak lakukan apa-apa decline naturalnya sekitar 20 persen,” tutur Dwi.