REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Kementerian Pertanian (Kementan) kembali menggelar Acara Bincang Asyik Pertanian Indonesia atau dikenal dengan sebutan Bakpia. Acara yang di moderatori oleh Alfito Deanova dari Detik Networks ini mengangkat tema teknologi Bujangseta untuk Peningkatan Produksi Jeruk Indonesia.
Hadir sebagai pembicara Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry. Dalam kesempatan tersebut ia mengungkapkan bahwa Balitbangtan memiliki koleksi Sumber Daya Genetik (SDG) Jeruk yang cukup besar. Serta menghasilkan benih pokok jeruk bebas penyakit yang dikelola Balitjestro dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
“Dengan adanya pengembangan buah jeruk oleh Kementan di Balitjestro Batu, produksi jeruk di Indonesia diupayakan terus meningkat dengan kualitas ekspor yang tidak kalah dengan jeruk negara lain,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Balitjestro telah membagikan satu juta benih bermutu bebas penyakit yang disebar kepada petani daerah di Indonesia. Upaya tersebut untuk mendukung program perbenihan buah-buahan nasional yang dicanangkan Menteri Pertanian yang salah satunya jeruk.
Sementara itu, Peneliti Jeruk Balijestro, Sutopo menjelaskan bahwa dengan menggunakan Teknologi Pembuahan Jeruk Berjenjang Sepanjang Tahun (Bujangseta), tanaman jeruk bisa dipanen lebih cepat dan berbuah sepanjang tahun. Jika biasanya panen jeruk hanya dua kali dalam satu tahun, maka dengan teknologi itu petani bisa melakukan panen sepanjang tahun.
“Jadi, dalam satu tahun bisa lima kali panen. Artinya, setiap dua atau tiga bulan bisa panen, sehingga ketersediaan buah sepanjang tahun tetap terjaga,” ujarnya.
Ia melanjutkan, teknologi Bujangseta merupakan solusi yang ditunggu-tunggu oleh petani karena dengan teknologi tersebut petani dapat panen sepanjang tahun.
Teknologi Bujangseta dapat menghasilkan 80 kg per pohon per tahun. Sementara sebelumnya hanya sekitar 30kg per pohon pertahun.
Bujangseta telah diaplikasikan di kebun petani Banyuwangi dan telah panen beberapa kali. Masa panen mencapai 5-6 kali dalam setahun sehingga keuntungan petani meningkat karena harga yang bagus dan masa panen yang dapat diatur.
Lebih lanjut disampaikan, varietas jeruk yang banyak berkembang di Indonesia merupakan jenis common mandarin (Citrus reticulata Blanco). Beberapa varietas lokal Indonesia yang masuk dalam kelompok ini adalah Keprok dan Siam. Jenis domestik yang telah dikembangkan diantaranya Keprok Soe, Keprok Batu 55, dan Siam Madu, Keprok Brasitepu, dan Keprok Garut,Keprok Gayo, Siam Pontianak dan lainnya.
Pak Ilud, Ketua Kontak Bisnis Hortikultura Indonesia selaku pelaku usaha menyampaikan bahwa ada 4 hal yang dibutuhkan dalam bisnis ini.
“Saya memberikan motivasi ke petani bahwa ada 4K yang penting yaitu Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Kreativitas. Dengan adanya metode Bujangseta, Alhamdulillah bisnis jeruk menjadi stabil” ujar Ilud.
Kebutuhan jeruk nasional sekitar 2,2 juta ton/tahun. Supplier sekarang tidak lagi kebingungan karena stok buah tersedia sepanjang tahun sehingga kontinuitas pasar pun terpenuhi.
Kedepannya, diharapkan bisa mengatur pasar internasional. “Ketika pasar di negara lain sedang kosong, kita dapat mengisi kesempatan tersebut karena kita sudah dapat mengatur produksi” pungkasnya.