Jumat 19 Jul 2019 13:32 WIB

BI Prediksi Defisit Transaksi Berjalan 2019 Lebih Rendah

Defisit transaksi berjalan tahun lalu sebesar 2,98 persen dari PDB.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 6 persen menjadi 5,75 persen. Keputusan ini dilakukan lantaran tekanan defisit transaksi berjalan pada tahun ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan kajian Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan tahun lalu sebesar 2,98 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penurunan ini sesuai hasil pertimbangan bank sentral terhadap kondisi ekonomi global maupun domestik

Baca Juga

"Defisit transaksi berjalan 2019 akan lebih rendah dibanding dari 2018 yang hampir menyentuh 3 persen PDB. Kira-kira di rentang 2,5-3,0 persen dari PDB,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (19/7).

Pemangkasan suku bunga acuan merupakan pertama kali dilakukan Bank Indonesia, sejak delapan bulan lalu atau November 2018 ketika suku bunga kebijakan dinaikkan ke level 6 persen.Secara total, pada tahun lalu Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1,75 persen hingga ke level 6 persen.

Dengan pemangkasan suku bunga kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga penyimpanan dana perbankan atau deposit facility dan bunga penyediaan dana bagi perbankan atau lending facility, masing-masing ke 5 persen dan 6,5 persen.

Perry menggarisbawahi dampak eskalasi perang dagang yang kian memanas antara Amerika Serikat dan China akan memperlemah perekonomian global dan volume perdagangan dunia.

"Sejumlah bank sentral merespons dinamika yang kurang menguntungkan dengan kebijakan moneter lebih dovish (lunak), termasuk bank sentral AS yang diperkirakan menurunkan suku bunga acuannya," ucapnya.

Menurutnya nilai perdagangan internasional terhadap Indonesia akan turun karena melandainya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas menyusul dampak perang dagang.

"Secara keseluruhan untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di berada di bawah titik tengah 5 hingga 5,4 persen," jelasnya.

Untuk stabilitas eksternal, Bank Indonesia menilai neraca pembayaran Indonesia kuartal II masih tetap surplus karena neraca transaksi modal dan finansial akan lebih baik. Adapun arus modal asing masuk hingga Julni 2019 sebesar 9,7 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement