REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) meluncurkan dua varietas kedelai unggulan. Kemuning 1 dan Kemuning 2 disebut cocok untuk lahan kering.
"Penelitian ini berawal dari permasalahan keterbatasan lahan sementara permintaan tinggi, sehingga mendorong kami untuk melakukan penelitian kedelai ini," ujar peneliti Batan Yuliasti dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Dengan diluncurkannya kedua varietas tersebut, maka jumlah varietas kedelai unggul yang dihasilkan Batan menjadi 12 varietas unggulan. Yuliasti mengatakan, kebutuhan Indonesia terhadap kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai dua juta ton pada 2018.
Sementara itu, produksi kedelai lokal masih berada di bawah satu juta ton per tahun, bahkan pada 2017 menurut data Badan Pusat Statistik, produksi kedelai lokal hanya mencapai 786.142 ton. Untuk mencukupi kebutuhan terus meningkat tersebut, pemerintah memilih impor kedelai dari luar negeri.
"Varietas Kemuning yang tahan di lahan kering ini diharapkan dapat menjadi bagian solusi untuk meningkatkan produksi kedelai lokal dan mengurangi ketergantungan kedelai impor," ujar dia.
Nama Kemuning berasal dari singkatan "Kedelai Mutan Tahan Kering: sebagai varietas kedelai hasil dari perbaikan varietas Panderman dengan memanfaatkan teknik mutasi radiasi. Selain tahan terhadap lahan kering, varietas Kemuning mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya produktivitas tinggi, yakni 2,87 ton untuk tiap hektare untuk Kemuning 1 dan 2,92 ton per hektare untuk Kemuning 2.
Tinggi tanaman lebih pendek dari induknya sehingga tidak mudah rebah. Kemuning juga mempunyai kandungan protein yang tinggi, ukuran bijinya yang besar, dan rasanya gurih.
Yuliasti mengatakan, kedelai Kemuning 1 dan Kemuning 2 dapat beradaptasi dengan baik di lahan kering di Indonesia. Dengan ukuran biji yang lebih besar, Kemuning dapat bersaing dengan kedelai impor.
"Kedelai Kemuning 1 dan Kemuning 2 menghasilkan tempe yang lebih gurih dibandingkan dengan kedelai impor," jelas dia.
Sebelumnya, Batan telah menghasilkan varietas kedelai berbiji super besar, yakni Mutiara yang cocok ditanam di lahan optimal. Sementara itu, Kemuning yang termasuk berukuran biji besar merupakan varietas kedelai Batan pertama yang toleran di lahan kekeringan.
Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan mengatakan, sebagai lembaga litbang, Batan harus mampu membuat inovasi. Salah satunya adalah di bidang pertanian.
"Sejauh ini bidang pertanian tetap menjadi salah satu unggulan dari Batan untuk terus dilakukan litbangnya," kata Anhar.
Namun yang perlu menjadi perhatian penting bagi Batan adalah sosialisasinya yang harus masif agar lebih dikenal masyarakat. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cara mendapatkan benih unggul tersebut. Kerja sama juga terus dibangun antara Batan dengan Kementerian Pertanian untuk memudahkan diseminasi produk litbang Batan, khususnya di bidang pertanian.