Selasa 16 Jul 2019 07:24 WIB

Bansos Bantu Penurunan Rasio Ketimpangan

Di sisi lain, tatanan masyarakat tidak banyak berubah karena perlambatan ekonomi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Warga menunjukan kartu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Gunung Sari, Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/12/2018).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warga menunjukan kartu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Gunung Sari, Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menuturkan, pemberian bantuan sosial (bansos) menjadi faktor utama dalam mendorong penurunan gini ratio tahun ini. Pasalnya, bansos mampu mendorong daya beli masyarakat di tingkat paling bawah. Di sisi lain, pemerintah juga masih gencar dengan dana desa yang tahun ini diiringi bersama dana kelurahan. 

Faisal menjelaskan, peningkatan kuantitas dan kualitas bantuan sosial dari pemerintah tersebut membuat kondisi masyarakat bawah terus membaik. Di samping itu, tingkat inflasi juga terkendali di kisaran tiga persen.

Baca Juga

"Termasuk ketika Lebaran kemarin," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (15/7). 

Sementara itu, Faisal menambahkan, untuk masyarakat atas sendiri tidak mengalami banyak perubahan. Sebab, mereka banyak bergantung pada kinerja ekspor dan impor yang kemarin sempat mengalami perlambatan. Hal ini sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, terutama pertambangan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit. 

Ketika kondisi masyarakat bawah meningkat dan masyarakat atas bertahan di tingkatan yang sama, Faisal menjelaskan, gini ratio atau tingkat ketimpangan mengalami perbaikan. Ini menjadi sebuah gambaran bahwa program pemerintah terkait pemerataan ekonomi telah menunjukkan efektivitasnya. 

Namun, Faisal menjelaskan, pemerintah masih harus fokus pada program secondary, yang dalam hal ini adalah memastikan masyarakat menengah ke bawah dalam mendapatkan kerja. Lapangan pekerjaan akan menjadi jaminan pendapatan kelompok tersebut secara berkelanjutan di kemudian hari.

"Sehingga, mereka tidak akan banyak bergantung lagi pada bansos dan charity, melainkan pada penghasilannya," tuturnya. 

Tidak hanya dari kuantitas, perluasan lapangan kerja juga harus dilakukan secara kualitas. Faisal menyebutkan, saat ini, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun, tapi tidak sedikit di antara mereka yang bergerak di sektor informal. Kondisi ini harus diperbaiki untuk memastikan tingkat kesejahteraan mereka dapat terjaga secara berkelanjutan. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat ketimpangan penduduk Indonesia yang tercermin dari gini ratio mengalami penurunan tipis pada periode Maret 2019.  Gini ratio pada Maret lalu tercatat 0,382 poin. Angka tersebut turun 0,002 poin dibanding gini ratio pada September 2018 yang mencapai 0,384 poin. Sementara, dibanding pada Maret 2018, gini ratio mengalami penurunan 0,007 poin dari 0,389 poin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement