Jumat 12 Jul 2019 10:01 WIB

Kementan Dorong Pengembangan dan Kemandirian Pakan

Kementan terus berupaya memperbaiki pakan ternak.

Red: EH Ismail
Pertemuan komisi pakan bersama Dirjen PKH Kementan I Ketut Diarmita beberapa waktu lalu
Foto: Humas Kementan
Pertemuan komisi pakan bersama Dirjen PKH Kementan I Ketut Diarmita beberapa waktu lalu

REPUBLIKA.CO.ID, BALI —Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementan mendorong pengembangan dan Kemandirian Pakan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita pada Pertemuan Komisi Pakan (Kompak) I di Tahun 2019. (11/7). 

Ketut menegaskan bahwa Pemerintah berkomitmen untuk terus dapat menyiapkan ketersediaan pakan yang terjangkau dan berkualitas bagi peternak khususnya untuk mendukung keberlanjutan program unggulan Kementan yakni Program BEKERJA yaitu kegiatan peningkatan kesejahteraan petani-peternak melalui budidaya unggas (ayam lokal dan itik) dan UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting). 

Untuk memenuhi komitmen ini, Ketut menginstruksikan Direktur Pakan untuk berkoordinasi secara intensif dengan Balitbang Kementan untuk mensikronisasi program-program unggulan Kementan tersebut. "Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian bahwa Kemandirian pakan perlu diwujudkan dalam mendukung program Kementerian Pertanian Berkelanjutan" ungkapnya di Bali pada Jumat (12/7)

Kementan juga terus bersinergi dengan komisi pakan untuk mencari langkah strategis yang berdampak pada kemajuan pengembangan pakan tersebut. Pertemuan Kompak I yang membahas tentang berbagai isu penting terkait pakan ini dihadiri oleh Arnold Sinurat, Yusuf Ahyar Sutaryono, Wayan Suarna, Osfar Sjofjan, M Ridla, dan Deddy Fachruddin Kurniawan, serta pejabat pengawas mutu pakan.

Osfar Sjofjan, salah satu anggota Kompak menyebutkan pertemuan ini membahas pengelolaan jagung berkelanjutan sebagai bahan pakan unggas, batasan maksimum penggunaan distillers dried grain with solubles (DDGS) sebagai subsitusi jagung, pengembangan pakan alternatif untuk unggas, kelayakan usaha pemanfaatan lahan perhutanan sosial untuk silvopastura peternakan, dan Pemberian Pakan yang Baik pada Sapi Perah.

Sementara itu Wayan Suarna menyampaikan bahwa Kompak memberikan masukan untuk penetapan strategi kebijakan pakan kepada Pemerintah. Perlu sinergi pemerintah selaku pengambil kebijakan dengan para akademisi dan peneliti yang bergelut langsung mengikuti perkembangan IPTEK. 

Kemajuan ilmu dan teknologi (IPTEK) dapat dikembangkan untuk membuat sistem di bidang pakan sehingga akan menjawab permasalahan pakan secara efektif dan efisien" ujar Wayan. "Perlu dibangun sistem pelaporan online oleh pabrik pakan untuk menyampaikan data yang dimilikinya, karena data merupakan hal yang wajib sebagai dasar rekomendasi kebijakan bagi pemerintah" tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Bali, I Wayan Mardiana mengungkapkan pertemuan ini sangat penting untuk perkembangan pakan kedepan. Wayan mengharapkan adanya data pelaporan dari pabrik pakan sehingga dapat diketahui secara jelas dan pasti berapa banyak dan jenis pasokan pakan yang masuk ke Bali.

Pengembangan bahan pakan lokal

Ketut berharap pemanfaatan bahan pakan lokal ke depan semakin ditingkatkan untuk kemandirian pakan, dengan catatan pemanfaatan bahan pakan lokal ini tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan dengan harga ekonomis bersaing dan nutrisi ternak yang terpenuhi. Kemandirian Pakan diharapkan akan memicu multiplier effect antara lain munculnya kelompok penyedia alat bahan baku dan juga kelompok pemasaran pakan ternak mandiri.

Ketut melanjutkan Kementan terus berupaya memperbaiki pakan ternak. Salah satunya melalui upaya pengembangan sistem integrasi sapi sawit, namun dalam implementasinya sistem tersebut belum berjalan optimal sehingga perlu kajian dan rekomendasi dari komisi pakan. Untuk itu, Ketut meminta masukan para pakar komisi ahli pakan dapat mempersiapkan langkah-langkah konkret sehingga komitmen Kementan dapat menyediakan pakan yang terjangkau, berkualitas, dan berkelanjutan.

“Saya optimis ketersediaan pakan yang terjangkau, berkualitas, dan berkelanjutan dapat dipenuhi jika program pengembangan sapi – sawit mampu dikembangkan hingga 20% karena hingga saat ini pengembangan integrasi tersebut masih di bawah 10%” pungkas Ketut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement