REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transformasi dalam kegiatan operasi hulu migas akan diaplikasikan pada 2019, yaitu Integrated Operation Center (IOC) atau integrasi data. Integrasi data ini berpotensi menghemat anggaran pemeliharaan fasilitas sebesar 84 juta dolar AS.
IOC merupakan sebuah sistem integrasi data yang mencakup beberapa aplikasi/layanan pengelolaan kinerja operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama. "Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang," ungkap Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto melalui keterangan tertulis SKK Migas di Jakarta, Selasa (9/7).
Layanan dan aplikasi yang tergabung di dalam IOC antara lain Integrated Operation System (SOT) for Production Dashboard, Oil and Gas Lifting Dashboard, Stock Management Dashboard, Plant Information Management System (PIMS), Facility Maintenance Monitoring and Project Monitoring, Vessel Tracking Information System (VTIS), Real Time Drilling Operation, dan Emergency Response Center (ERC).
Salah satu manfaat IOC adalah optimalisasi perencanaan pemeliharaan fasilitas karena terbukanya data secara terintegrasi. Optimasi perencanaan di awal tahun kegiatan operasi pemeliharaan fasilitas berpotensi mengefisiensi anggaran pemeliharaan fasilitas sebesar 84 juta dolar As di tahun 2019.
Realisasi lifting migas hingga Juni 2019 mencapai 89 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2 juta bopd. Total lifting migas sebesar 1,8 juta barel setara minyak per hari (boepd) dengan rincian lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd.
Target lifting migas 2019 diproyeksikan tercapai di semester dua tahun 2019. Ini mengingat delapan dari 11 proyek akan onstream di semester dua tahun 2019.